BANDUNG – Pemprov Jabar telah mengantisipasi arus balik dan ancaman yang menyertainya yakni penyebaran Covid-19 dan gelombang pendatang dari desa atau urbanisasi.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menjelaskan, izin mudik untuk kali pertama dalam tiga tahun pandemi dari pemerintah pusat membawa konsekuensi serius.
Menurut Gubernur, arus balik di Jabar hingga Kamis 5 Mei malam masih dalam situasi terkendali.
“Semua pihak mulai dari kepolisian, Dinas Perhubungan, dan Pemda kabupaten/kota, serta stakeholders pendukung lain telah melakukan tugasnya sesuai dengan skenario,” jelasnya, Jumat (6/5).
Diakui Ridwan Kamil, semua stakeholder di Jabar mempersiapkan sebaik mungkin, dari saat arus mudik hingga arus balik.
“Alhamdulillah hingga saat ini (arus balik di Jabar) relatif lancar. Hal ini saya kira berkat dari berbagai upaya yang dilakukan seperti pemberlakuan satu arah kendaraan di jalan tol, contra flow, relatif berhasil” ujar Ridwan Kamil.
Hal yang menjadi fokus Jabar saat ini adalah pergerakan wisatawan lokal dan luar. Jabar selain sebagai daerah perlintasan juga sebagai tujuan pariwisata.
“Fokus kami sekarang penanganan wisata karena jutaan orang bisa jadi berpikiran yang sama: setelah Idulfitri, ya ke mana lagi selain wisata. Maka untuk mengantisipasi Covid-19, semua tempat wisata diminta mengetatkan skrining pengunjung (dengan aplikasi PeduliLindungi),” tegas Ridwan Kamil.
Gubernur mengungkap, vaksinasi ketiga atau booster di Jabar sudah sesuai target yang direncanakan. Namun begitu tak boleh ada perlambatan bahkan harus lebih cepat.
“Vaksinasi terutama vaksin booster terus digenjot. Hingga kini di Jabar, booster sudah di atas 30 persen, sesuai target,” jelas Ridwan Kamil.
Dengan mobilitas dan aktivitas para pemudik, Gubernur berharap tidak ada peningkatan kasus Covid-19 seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sehingga skenario pandemi menjadi endemi tetap berjalan di jalur.
“Sampai hari ini saja berdasarkan data (BOR) di rumah sakit hanya 0,8 persen, kasus per hari hanya di bawah 40-an. Mudah-mudahan jika setelah arus balik nanti datanya relatif sama dengan hari ini, itu menunjukkan pandemi sudah berubah menjadi endemi,” tandasnya. (pojoksatu-red)