Sejarah Mudik di Indonesia, Ternyata Bukan dari Budaya Islam

Sejarah Mudik di Indonesia, Ternyata Bukan dari Budaya Islam – Setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri, berbagai media baik cetak, online hingga televisi dan radio dipenuhi pemberitaan terkait mudik.

Terlebih di tahun 2022 ini, dimana pada 2 tahun berturut-turut sebelumnya masyarakat “dilarang” mudik ke kampung halaman dengan alasan agar tidak terpapar virus Covid-19 yang ketika itu penyebaran virus tersebut memang semakin meluas.

Meski demikian, publik tentu jarang ada yang tahu, asal usul mudik pada momentum Hari Raya Idul Fitri.

Faktanya, meskipun istilah mudik sangat populer pada saat Hari Raya umat Islam, namun ternyata istilah mudik sendiri bukanlah merupakan budaya atau tradisi umat Islam.

“Mudik ini bukan tradisi Islam, juga tidak ada dalam sejarah Islam di Indonesia sebelumnya. Dulu para perantau di Medan yang luar biasa banyaknya, pun tidak merasa perlu mudik saat Idul Fitri,” kata Dr Phil Ichwan Azhari Sejarawan Sumatera Utara melalui postingan Facebooknya seperti yang diutip, Selasa (3/5).

Peneliti Rumah Sejarah Medan itu mengungkapkan mudik itu sebenarnya hanya fenomena baru, kegelisahan manusia modern karena kota tidak membuat dirinya merasa di rumah dan merasa perlu lari ke kampung agar tak terus merasa kesepian di kota.

Atau kompensasi keterputusan kota dan kampung di luar Idul Fitri yang tidak pernah dikunjungi si malin kundang perantau ini? Lalu semua ditumpuk dan ditebus dikunjungi saat Idul Fitri?

Kegiatan mudik selalu menjadi topik utama pada 1 minggu sebelum dan sesudah Idul Fitri dalam berbagai media.

“Mudik dianggap identik dengan Idul Fitri. Sementara perayaan idul fitri merupakan tradisi perayaan Hari Raya yang berkembang di Indonesia sejak akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi khas Indonesia, sebab di negara lain seperti Timur Tengah, kegiatan seperti itu tidak ditemukan.” kata Ichwan melalui sumber Risalah Sumatera.

Lalu yang menjadi pertanyaan sejak kapankah mudik menjadi tradisi masyarakat Indonesia dalam merayakan Idul Fitri?

“Saya mencoba membaca beberapa arsip surat kabar lama di Rumah Sejarah Medan yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri seperti surat kabar Pewarta Deli Juli 1917 dan surat kabar Soeara Atjeh Maret 1930,” sebutnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan