Jabarekspres.com — Agrikultur dalam sektor pertanian merupakan salah satu solusi yang tepat dalam mengatasi krisis perubahan iklim, khususnya menekan emisi gas rumah kaca agar tetap rendah, menurut studi dari Ohio University State, dikutip dari laman Ohio State News, Senin (11/4/2022).
Maka dari itu, para peneliti sampai pada kesimpulan bahwa pertanian agrikultural memainkan peran yang sangat besar dalam melawan perubahan iklim.
Peran dari agrikultur, khususnya pertanian, yakni mengurangi emisi gas rumah kaca, berdasarkan laporan terbaru dari IPCC.
Belum lama ini, badan khusus menanggulangi krisis perubahan iklim itu, IPCC, telah merilis suatu laporan yang menunjukkan temuan-temuan baru dan menguraikan solusi-solusi yang memungkinkan.
Salah satu kontributor dari laporan terbaru IPCC, Brent Sohngen menyebutkan peran penting penting pertanian untuk mengatasi krisis iklim.
Brent Sohngen merupakan seorang profesor ekonomi-lingkungan dan sumber daya di Ohio University State. Studinya tentang peran penting agrikultur pertanian ia tuangkan dalam laporan terbaru IPCC itu.
- Peran Pertanian dalam mengatasi perubahan iklim
Dalam laporan terbaru kemarin, Brent Sohngen menjelaskan bagaimana agrikultur pertanian, kehutanan, dan pemanfaatan lahan mampu berkontribusi dalam pengentasan perubahan dan mitigasi iklim, khususnya menekan emisi gas rumah kaca ke atmosfer. (Baca Selengkapnya)
“Pesan utamanya adalah bahwa ada banyak tindakan di sektor penggunaan lahan pertanian yang dapat dilakukan orang di seluruh dunia untuk menekan perubahan iklim,” kata Sohngen, dikutip dari Ohio State News, Senin (11/4/2022).
Meskipun sebagian besar emisi gas rumah kaca berasal dari produksi energi, pertanian dan perubahan penggunaan lahan menyumbang sekitar 22 persen dari semua emisi karbon dioksida.
Jika angka-angka ini dapat dikurangi, baik dengan membatasi deforestasi atau beralih ke biofuel alternatif, antara 9 dan 11 miliar ton karbon dioksida per tahun dapat dikurangi, kata Sohngen.
Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa jika baik pemerintah maupun individu tidak mulai menanggapi krisis iklim dengan serius, pemanasan global akan segera menjadi dua kali lebih dahsyat seperti sekarang ini.
Sementara banyak negara sebelumnya telah berjanji untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius, itu semestinya berupa tindakan nyata, bukan janji politik, untuk memastikan umat manusia tidak membuang kesempatan terakhirnya, kata laporan itu.