BANDUNG – Massa unjuk rasa yang tergabung dalam Forum Aksi Mahasiswa Bandung Raya (FAMBR) baru saja menggelar demonstrasi memprotes kebijakan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM), pada Kamis (7/4) sore.
Aksi unjuk rasa yang berlangsung tepat di depan kantor Depo Pertamina Gedebage, Jl. Soekarno Hatta, Kota Bandung diikuti puluhan mahasiswa. Berasal dari sejumlah kampus se-Bandung Raya. Sedikitnya mahasiswa dari 7 kampus turut berpartisipasi.
Dalam aksi tersebut berdasarkan data yang diterima wartawan Jabar Ekspres, Forum Aksi Mahasiswa Bandung Raya melayangkan 5 tuntutan dan permintaan kepada pihak Pertamina, yakni sebagai berikut:
- Turunkan harga BBM Pertamax dan berikan jaminan subsidi BBM untuk Rakyat.
- Cabut regulasi kebijakan terkait kenaikan harga BBM.
- Segera antisipasi kelangkaan BBM Pertalite khususnya di Bandung Raya.
- Tindak tegas mafia BBM yang ada di Bandung Raya.
- Lakukan evaluasi kinerja secara menyeluruh di tubuh Pertamina.
Adapun salah satu koordinator aksi, Azmi Hibatullah mengungkapkan alasannya soal Pertamina dipilih sebagai titik aksi, alih-alih berdemonstrasi di depan Gedung Sate.
“Kalau misalkan kemudian kita aksi di depan gedung DPR, depan Gedung Sate, lalu kita mau ketemu siapa? Bicara dengan siapa? Orang kami sudah tidak punya kepercayaan kepada para pejabat pemerintah. Selain ini (Depo Pertamina Gedebage, red) pun menjadi simbol Pertamina di Kota Bandung,” ujarnya.
“Apapun yang pernah kita sampaikan kepada masyarakat, buktinya tak pernah ditindaklanjuti. Ini (aksi) bentuk keresahan kita, ini bentuk kemarahan kita,” tambahnya.
Selain itu, dia menambahkan bahwa pihaknya menolak sepakat untuk menolak adanya ruang audiensi. Yakni antara massa aksi dengan Pertamina.
“Kami memiliki capaian yang lebih strategis. ketimbang beraudiensi dan bercuap-cuap dengan manajer dan sebagainya. Kami sebetulnya menolak beraudiensi. Pihak pertamina pun sudah kami tolak,” katanya.
“Kami menegaskan bahwa kami takkan audiensi. Kami akan terus ekspansi. Kami akan terus galang (mengumpulkan massa, red) kekuatan mahasiswa,” imbuhnya.
Bukan tanpa alasan, menurutnya, sikap tersebut dilakukan supaya Pertamina tidak main-main. Lalu mulai memikirkan masalah rakyat kebanyakan.
“Mereka sebagai pejabat lancar semua dalam membeli BBM, berbeda dengan rakyat yang tertindas dan dilemahkan,” ucapnya.