SOREANG – Anggota Fraksi PKS DPRD Kabupaten Bandung Dasep Kurnia Gunardin mengkritisi jumlah dana pinjaman bergulir yang menjadi program prioritas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung.
“Jumlahnya sangat nanggung dan dipersepsikan tidak akan menumbuhkan usaha produktif bila dana tersebut diharuskan menjadi modal usaha,” ujar Dasep saat di konfirmasi, Selasa (5/4).
Dasep menjelaskan, modal UMKM yang berorientasi untuk membangun usaha produktif itu membutuhkan modal usaha minimal Rp10 juta, sementara dana pinjaman bergulir yang akan diterima warga cukup tanggung.
“Jadi tidak akan nyangkut sama sekali selain hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumtif,” katanya.
Dasep menambahkan untuk menanggulangi masalah perkembangan Bank Emok yang saat ini terus merajalela, jelas tidak akan mampu bersaing.
Pasalnya, ketersediaan uang di Bank Emok relatif tinggi ketimbang dana pinjaman bergulir dari pemerintah.
“Kalau dana pinjaman bergulir cuma hanya Rp2 juta sampai Rp3 juta, menurut saya sangat tidak cukup untuk modal usaha,” ucap Dasep.
Dia mengemukakan untuk membayar hutang piutang ke bank emok pun, tidak mencukupi sama sekali.
“Karena, kenyataannya bank emok memberikan pinjaman lebih besar, bahkan bisa maksimal mencapai Rp7 juta untuk seorang warga,” ungkap Dasep.
Dasep mengatakan apabila dibandingkan dengan Bank Emok, dana bergulir itu akan dicairkan tanpa agunan atau bunga, pastinya akan menjadi harapan bagi masyarakat Kabupaten Bandung.
Sebab saat ini masyarakat memang sangat membutuhkan suntikan dana untuk melangsungkan kehidupannya.
“Ada kemungkinan dana pinjaman yang diterima warga, diasumsikannya, hanya akan dipergunakan untuk kebutuhan menjelang lebaran saja. Selain jumlahnya tanggung untuk modal usaha juga tidak akan mencukupi membangun usaha produktif atau usaha kreatif,” pungkasnya. (yul)