Mengenal Kisah Pembantaian Nanking, Ribuan Wanita Diperkosa dan Dibunuh

Mereka menikmati penderitaan luar biasa yang terjadi ketika orang-orang mati-matian berusaha menyelamatkan diri dari kobaran api dengan memanjat atap rumah atau melompat turun ke jalan. Setidaknya sepertiga bangunan di Nanking hancur di bakar.

Mengutip The History Place, peristiwa memilukan itu terjadi sampai awal Februari 1938. Tua atau muda, laki-laki atau perempuan, siapa saja bisa ditembak oleh tentara Jepang karena alasan apa pun.

Mayat bisa di lihat di mana-mana di seluruh kota. Jalan-jalan Nanking menjadi merah karena darah. Mereka yang tidak terbunuh di bawa ke pinggiran kota dan di paksa untuk menggali kuburan mereka sendiri.

Segala pemerkosaan, pembunuhan, dan penjarahan yang dilakukan pasukan Jepang di perintah oleh Matsui Iwane, komandan jenderal Tentara Jepang untuk Front China.

Pada 1940, Jepang menjadikan Nanking sebagai ibu kota pemerintahan boneka China yang di pimpin oleh Wang Ching-wei.

Tak lama setelah berakhirnya Perang Dunia II, Matsui dan Tani Hisao, seorang letnan jenderal yang berpartisipasi dalam tindakan pembunuhan dan pemerkosaan, di nyatakan bersalah atas kejahatan perang oleh Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh.

Mereka di hukum gantung di Penjara Sugamo pada 23 Desember 1948.

Namun di Jepang ia diperlakukan bak pahlawan. Ia bersama dengan 13 terdakwa lainnya, mendapat tempat kehormatan di Kuil Yasukuni.

Pemerkosaan dan pembantaian terjadi juga di karenakan para perwira dan prajurit di beri pemahaman bahwa, saat merebut Nanking, mereka bebas menjarah dan membunuh sesuka mereka.

Kebijakan ini di dukung oleh komandan pasukan ekspedisi yang di tunjuk Jepang, Pangeran Yasuhito Asaka, yang mengeluarkan perintah tertulis untuk “membunuh semua tawanan.” Pangeran Asaka bebas dari dakwaan di karenakan memiliki kekebalan hukum.

Peristiwa Nanking menjadi subjek yang sangat sensitif antara Jepang dan China hingga saat ini. Peristiwa ini juga membuat hubungan China-Jepang begitu rumit.

Pembantaian itu di kenang secara luas di China sebagai simbol penderitaan bersama bangsa. Peringatan pemerkosaan dan pembantaian di Nanking adalah pilar penting identitas nasional China.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan