“Kemudian ketika kejadian, guru kelas lima tersebut sebentar mengawas di kelas lima. Sehingga pada saat itu, siswa kelas enam tidak ada guru dan terjadilah kejadian perundungan tersebut,” ungkap dia.
Kemudian, lanjut dia, siswa kelas enam atau pelaku menurut guru ketika belajar sering izin keluar kelas dan iseng kepada temannya. Sementara itu, anak perempuan yang menjadi korban sendiri sebenarnya baru masuk sekolah karena sebelumnya izin sakit.
“Pas kejadian ditekel mengalami pusing dan sampai sekarang belum masuk sekolah sedang proses pengobatan. Sakitnya pusing, dan sudah di-scan dibawa ke dokter syaraf ke RSUD SMC dan hasil nya tidak ada yang perlu diobati. Korban alami trauma,” ujarnya.
Dia menambahkan, keluarga korban dan pelaku sudah dipertemukan dan islah. Sekarang sudah diselesaikan secara kekeluargaan di Unit PPA Polres Tasikmalaya.
“Kalau anaknya sudah dipertemukan satu hari setelah kejadian itu juga. Iya memang kita akui ada anak yang merekam menggunakan HP. Itu juga kita lolos pengawasan ada siswa yang bawa HP,” tutur dia.
Namun, pada waktu itu, guru sedikit sibuk selain sedang try out juga guru kelasnya izin. Intinya sekolah sudah mengimbau kepada orang tua agar anaknya tidak membawa HP.
“Pihak sekolah sudah berbicara dengan KPAID, kami akan mengadakan pertemuan antara orang tua dan siswa. Di forum nanti kita bahas. Kemudian juga sekolah sudah melarang siswa membawa HP,” terang dia.
Orang tua anak yang merekam video perundungan, Engkus (38) mengatakan anaknya spontan merekam video dan tidak ada niat menyebarkan.
“Saya juga tahu anak mau bawa HP, tetapi kaget ketika ada kejadian ini. Anak juga kadang-kadang jika minta HP, tidak dikasih,” ujar dia.
Dia menyebutkan, kemungkinan video tersebut menyebar di status WhatsApp warga, diperlihatkan kepada teman-teman di sekolah, kemudian dikirim maka langsung menyebar.
“Saya sudah ingatkan anak untuk tidak bawa HP ke sekolah. Saya ambil dulu. Intinya, sudah clear, masalah diselesaikan secara kekeluargaan,” ungkap dia. (rt/rit)