BANDUNG – Wakil Presiden (Wapres) KH. Ma’ruf Amin menguku bangga dengan keberadaan Pondok Peasantren atau Ponpes Al Ittifaq di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.
Menurut KH Ma’ruf Amin, Ponpes Al Ittifaq telah berhasil mengembangkan pertanian dengan konsep digital.
Untuk itu, keberhasilan ini harus menjadi contoh bagi pondok pesantren lainnya dan akan dijadikan pilot project dalam pengembangan pertanian.
‘’Ponpes Al-Ittifaq ini berhasi mengembangkan pengelolaan digitalisasi pertanian,’’kata Ma’ruf Amin dalam kunjugan kerja, ke Kabupaten Bandung, Selasa, (22/3).
Dia mengatakan, korporatisasi pertanian digital harus bisa dikuasai dalam pengelolaan pertanian.
Wapres menyakini, kalangan pondok pesantren mampu untuk menerapkannya bersama para santri.
“Kita ingin jadikan permodelan ini pilot project bagi seluruh pesantren-pesantren di Indonesia,” ujar Wapres.
Pengembangan pertanian dengan konsep digital ini akan mampu memberikan kemudahan dalam produkstivitas dan pengembangan sampai terintegrasi pemasaranya.
Konsepnya, dilakukan melalui Integrated Farming with Technology and Information (Infratani), packing house, dan platform virtual market Alifmart.
‘’Ini merupakan upaya mendorong ketahanan pangan berbasis kemandirian ekonomi pondok pesantren,’’kata Ma’ruf.
Wapres menuturkan, dalam penerapan digitalisasinya Ponpes Al-Ittifaq sudah mengadopsi teknologi di berbagai negara sehingga produknya berstandard internasional.
“Di antaranya teknologi negara Belanda dan Jepang sehingga produknya pun berstandar internasional,” katanya.
Ponpes Al-Ittifaq juga akan dijadikan pusat pelatihan digitalisasi pertanian bagi pesantren lainnya.
Menurut Wapres, saat ini pesantren tak hanya jadi pusat pendidikan agama namun juga sebagai pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Saya bersyukur Kopontren Al-Ittifaq saat ini mampu memberdayakan 270 orang petani,’’ujarnya.
‘’Saya harap jumlah petani yang tergabung dalam korporasi ini semakin bertambah,” tambahnya lagi.
Sebelumnya, Ponpes Al-Ittifaq juga menjadi pionir dalam program kemandirian ekonomi pesantren yang digagas Gubernur Jabar Ridwan Kamil yaitu One Pesantren One Product (OPOP).
Gubernur mengatakan, selama tiga tahun program OPOP ini berjalan sudah ada 3.000 pesantren di Jabar yang kini memiliki bisnis sendiri. Bahkan 17 persennya sudah berbasis digital.
“Selama tiga tahun arahan Pak Wapres sudah kami laksanakan sehingga pesantren-pesantren yang punya bisnis sudah lebih dari 3 ribu, 17 persennya sudah digital dengan Internet of Things (IoT) termasuk yang terbesar di Al-Ittifaq,” ujar Ridwan Kamil.