Penutup Kepala Uskup Gereja Jadi Inspirasi Logo Halal Baru? Ini Faktanya

Jabarekspres.com – Baru beberapa hari diluncurkan, logo halal baru kini mendapat tudingan bila pembuatannya terinspirasi dari bentuk penutup kepala Uskup Gereja.
Informasi ini pun langsung meluas dan jadi bahan perbincangan sejumlah kalangan tak terkecuali di jagat maya. Apa betul inspirasi logo halal baru dari penutup kepala Uskup?
Narasi ini awalnya di unggah akun Facebook bernama Cebong Dungu. Dia memposting sebuah foto kolase yang memperlihatkan seorang Uskup Gereja disandingkan dengan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Melengkapi unggahannya itu, terdapat pula sebuah narasi klaim bahwa maksud Gus Yaqut (sapaan Menteri Agama) mengganti logo halal baru terinspirasi dari bentuk penutup kepala seorang Uskup Gereja.
Melansir laman Turn Back Hoax, diketahui bila informasi yang sempat dibagikan akun Facebook Cebong Dungu soal logo halal merupakan konten yang menyesatkan.
Sebagai informasi, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama (Kemenag) beberapa waktu lalu menjelaskan secara filosofi terdiri atas dua objek, yaitu pertama bentuk gunungan.
Dan kedua, logo halal baru itu, memiliki objek motif surjan atau lurik gunungan pada wayang kulit yang berbentuk limas, lancip ke atas.
Berdasarkan penelusuran, Kepala BPJPH Kemenag Aqil Irham pun belum lama ini mengungkapkan bila logo halal baru mengadaptasi nilai-nilai ke-Indonesiaan.
Bentuk dan corak yang digunakan, kata dia, merupakan artefak-artefak budaya yang memiliki ciri khas yang unik dan juga merepresentasikan budaya Islam di Indonesia.
“Bentuk Label Halal Indonesia terdiri atas dua objek, yaitu bentuk Gunungan dan motif Surjan atau Lurik Gunungan pada wayang kulit yang berbentuk limas, lancip ke atas,” kata dia.
“Ini melambangkan kehidupan manusia,” tutur Aqil Irham menambahkan.
Dia menjelaskan, bentuk gunungan berupa kaligrafi huruf arab Ḥa, Lam Alif, dan Lam dalam satu rangkaian sehingga membentuk kata Halal.
Bentuk tersebut, lanjut Aqil Irham, menggambarkan bahwa semakin tinggi ilmu dan semakin tua usia, maka manusia harus semakin semakin dekat dengan Sang Pencipta.
Sementara itu, dijelaskan Kepala BPJPH Kemenag itu, motif surjan yang juga disebut pakaian takwa mengandung makna-makna filosofi yang cukup dalam.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan