”Minyak goreng menguap….”
”Hilang dan lenyap di pasar.…”
”Semua ibu-ibu mengurutu….”
”Pun bapak-bapaknya sudah barang tentu….”
”Kocar kacir di pasar-pasar.…”
Itulah sepenggal lirik lagu Iwan Fals bertajuk ’Minyak Goreng’ yang belum lama ini dirilisnya.
Musisi senior Tanah Air ini kembali beraksi mengkritik pemerintah dalam menangani kelangkaan minyak.
Lewat lagu yang diciptakan Raja Pane, menyoroti situasi di masyarakat yang sedang kesulitan mendapatkan minyak goreng.
Dalam lagunya, Iwan pun menyinggung sejumlah hal lain. Seperti pihak-pihak yang menyebabkan kelangkaan minyak goreng.
”Aneh rasanya kok bisa hilang. Kalau pun ada harganya selangit. Usut punya usut ternyata ditimbun. Oleh Siapa? Konon oleh tujuh konglomerat tambun,” sambung lirik lagunya.
Pemilik nama asli Virgiawan Listanto itu pun menuangkan kegeramannya dalam bait-bait lagunya. Sebab, dia menilai pemerintah hingga aparat yang ikut mempermainkan harga minyak goreng.
”Aku kesal, kok konglomerat tega? Aku resah, kok polisi tak berdaya? Aku marah, kok pemerintah begitu mudah dipermainkan? Aku geram, kok kasus itu terus berulang?,” lanjut lirik lagu itu.
Di akhir lagunya, pria kelahiran 1961 itu menuangkan pepatah tua ”Tikus mati di lumbung padi”. Pasalnya, betapa banyak kelapa sawit Indonesia yang justru dijual ke luar negeri.
”Bahan kita banyak, sawit jutaan hektar. Lalu kenapa hilang dan menghilang?”.
”Ah… Dasar mafia, masa bodoh orang susah. Mungkin aparat dan mafia ada main? Pura-pura hilang tapi diumpetin.Kok susah amat memberantasnya? Tembak saja atau hukum seumur hidup,” tutup lagunya.(win)