Sementara prosesnya sendiri menginspirasi, tim menemukan baterainya cukup efektif. Para peneliti mengklaim bahwa mereka mencapai kepadatan energi 99,7 watt-jam per kilogram (Wh/kg). Itu mendekati kepadatan energi baterai lithium-ion yang ada di mana-mana, yang berkisar antara 100 dan 265 Wh/kg.
Menurut artikel tersebut, para peneliti meningkatkan baterai dengan menambahkan nanopartikel dari perovskit kalsium-kobalt oksida ke elektroda. Ini bertujuan untuk meningkatkan kepadatan energi lebih dari dua kali lipat, sehingga mencapai 208 Wh/kg.
Versi baterai berkinerja terbaik diklaim bisa mempertahankan 82 persen kapasitasnya setelah 1.500 siklus pemakaian dan dapat menyalurkan energi selama lebih dari 10 jam pada tegangan hingga 0,54 V.
Metode baru ini juga diharapkan dapat membuka jalan bagi produksi baterai superior dalam beberapa cara untuk baterai konvensional berlapis logam yang lebih berat, yang membutuhkan biaya produksi lebih banyak.
Selain itu, baterai yang tipis, fleksibel, dan murah juga dapat digunakan sekali pakai dan dapat digunakan pada peralatan rumah tangga mulai dari jam hingga lampu di masa mendatang. (jawapos/ran)