5 Fakta Kesetaraan Gender Dari Sudut Pandang Perempuan

JAKARTA – Perempuan di seluruh dunia harus beradaptasi dan mengubah hidup mereka dengan cara yang tidak terduga sesuai dengan perkembangan jaman. Terlepas dari tantangan pandemi, pembatasan politik, dan konflik global, ketahanan para perempuan begitu tangguh. Akan tetapi, kaum hawa masih menghadapi masalah kesetaraan gender.

Menurut World Economic Forum’s Global Gender Gap Report 2021, Indonesia berada di peringkat 101 dalam indeks kesetaraan gender perempuan yang masih menghadapi masalah ketidaksetaraan. Perempuan adalah pilar kekuatan bagi keluarga mereka dan masyarakat di sekitar mereka.

“Tapi perempuan tidak bisa hadir untuk orang lain tanpa hadir untuk diri mereka sendiri terlebih dahulu. Di International Women’s Day ini, kami ingin kami ingin mengingatkan dan memberdayakan perempuan Indonesia untuk menunjukkan diri mereka sendiri dengan mencari identitas dan suara mereka, untuk mengungkapkannya melalui inisiatif yang disebut #YukBukaSuara,” jelas Head of Consumer Apps Marketing, Google Indonesia Fida Heyder, dalam keterangan resmi baru-baru ini.

Dalam kampanye #YukBukaSuara ada sejumlah fakta seputar kesetaraan gender yang masih dihadapi perempuan. Apa saja faktanya?

  1. Partisipasi Tenaga Kerja Perempuan Masih Rendah

Partisipasi tenaga kerja perempuan, 30 persen di belakang laki-laki dan hampir 83 persen pekerjaan perempuan ada di sektor informal.

  1. Jarang Dipromosikan

Tapi ini bukan masalah pendidikan. World Bank’s 2021 Report tentang gender dan pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa meskipun perempuan memiliki kinerja yang unggul dalam pendidikan, perempuan lebih jarang dipromosikan dan lebih sedikit mencari peluang promosi.

  1. Kesenjangan Gaji

Masalah itu menyebabkan kesenjangan gaji yang besar antara laki-laki dan perempuan. Para peneliti mengidentifikasi bahwa pola sejarah dan budaya yang mendalam menjadi faktor utama dalam pilihan dan peluang perempuan dalam hidup.

  1. Dibatasi Soal Akses Internet

Tidak hanya itu, laporan dari Google tentang ‘Towards Gender Equity Online’ yang dilakukan di Indonesia dan enam negara berkembang lainnya — menemukan banyak hambatan tumpang tindih yang mencegah perempuan untuk sepenuhnya menikmati manfaat yang diciptakan internet. Banyak perempuan berjuang untuk menemukan konten yang relevan di internet.

Terlebih lagi, lebih sedikitnya figur perempuan inspiratif yang sesuai dengan norma dan budaya lokal atau komunitas perempuan di internet yang memungkinkan mereka dengan bebas mengajukan pertanyaan yang penting namun dianggap sensitif secara sosial seperti bagaimana menjadi ibu yang baik atau seputar kesehatan reproduksi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan