JAKARTA – Pegiat media sosial sekaligus pendukung pemerintah, Denny Siregar menolak penundaan pemilu dan perpanjang masa jabatan selama 2 tahun.
Menurutnya, daripada perpanjang masa jabatan 2 tahun, lebih baik masa jabatan presiden dibuat jadi 10 tahun.
Hal itu, kata dia, agar presiden bisa menuntaskan pekerjaanya dalam masa jabatan 10 tahun.
“Daripada ribut perpanjangan pemilu 2 tahun, mending jabatan Presiden dibikin 10 tahun aja sekalian,” ujar Denny Siregar, Senin (7/3)
“Jadi Presiden punya rentang waktu yang panjang untuk menuntaskan programnya dan gak disibukkan dengan urusan Pilpres setiap 5 tahun. Kalo itu gua setuju. Biar sakit hatinya lama,” sambung Denny Siregar.
Pada cuitan di Twitter sebelumnya, pendukung Presiden Jokowi ini tolak wacana perpanjang masa jabatan Presiden Joko Widodo atau penundaan Pilpres 2024.
Denny Siregar menilai, wacana perpanjang masa jabatan Presiden akan berpotensi membuat rezim berkuasa semakin korupsi.
“Tiba-tiba ada selentingan kalau beberapa partai ingin perpanjang masa jabatan Presiden Jokowi selama 3 tahun, dengan amandemen UU. Emang kalian setuju? Kalo gua sih ngga. Blas. Kekuasaan terlalu lama berpotensi korup,” kata Denny Siregar beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, perpanjang masa jabatan Presiden dengan amandemen UUD, akan menjadi contoh buruk nantinya bagi Demokrasi Indonesia ke depan.
“Seandainya hanya gara-gara ingin perpanjang masa jabatan Presiden Jokowi partai-partai itu sampai harus mengubah UUD 45 tentang masa jabatan Presiden, maka ini jadi contoh buruk di masa depan,” kata Denny.
Dia bahkan bilang bahwa ke depan nantinya ada Presiden yang akan berkuasa melebihi Soeharto.
“Kelak, akan ada Presiden yg diktatornya melebihi Soeharto, akan lakukan segala cara supaya tetap berkuasa,” katanya.
Lebih lanjut, pendukung setia Presiden Jokowi ini menduga, wacana perpanjang masa jabatan hanya jebakan.
Dia mengenang masa Harmoko sebagai ketua MPR di Orde Lama. Harmoko mengusulkan Soerharto kembali jedi presiden karena rakyat masih membutuhkannya.
“Pada akhirnya, Harmoko lah yang pertama meninggalkan Soeharto. Mengkhianatinya. Jangan lagi terjebak pada situasi itu. Dampaknya gak kebayang,” kata Denny Siregar. (Fin-red)