Penjualan ORI 021 yang Dilakukan BRI Tembus Rp 3 Triliun

JAKARTA –  Penjualan SBN ORI Seri 021 yang dilakukan  PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil membukukan mencapai Rp3 triliun.

Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani mengatakan, sebagai Bank Pemerintah, Penjualan SBN ORI 021 tersebut tercatat mencapai target dengan total sebanyak 4.000 investor.

SBN ORI 021 merupakan instrumen investasi yang memiliki kupon tetap (fixed rate) dengan tenor tiga tahun.

Untuk tanggal jatuh tempo 15 Februari 2025. Instrumen tersebut diterbitkan oleh pemerintah pada awal 2022.

Menurutnya, animo penawaran SBN ORI 021 sangat antusias dari kalangan investor dengan memiliki potensi pertumbuhan besar.

‘’Mereka memahami bahwa SBN cocok dijadikan salah satu pilihan alokasi portofolio nasabah, dengan profil risiko konservatif, moderat, hingga agresif” ujar Handayani.

Peran BRI sebagai mitra pemerintah dalam memasarkan produk SBN, lanjutnya, tak terlepas dari komitmen perseroan untuk turut mendukung proses pemulihan ekonomi.

Selain itu BRI juga berupaya terus membangun pertumbuhan inklusi keuangan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi dan misi yang diusung Presidensi G20 terkait peningkatan financial inclusion.

Ke depan, BRI juga terus berkomitmen menyediakan alternatif investasi yang sangat menarik dan aman bagi masyarakat.

Handayani menambahkan, perseroan selalu berupaya membangun dan menciptakan economic dan social value bagi masyarakat Indonesia.

Untuk keamanan dan kenyamanan nasabah dalam berinvestasi, BRI pun bekerja sama dengan manager investasi, asuradur maupun sekuritas yang terpercaya.

‘’BRI ingin menjadi pilihan utama nasabah dalam mempercayakan seluruh transaksi perbankan,’’ujarnya.

Peran ini sebagai finansial supermarket dalam menjawab beragam kebutuhan investasi dan proteksi nasabah.

Seluruh layanan keuangan senantiasa mendukung aspek integrated and one stop financial solution untuk mendukung kebutuhan nasabah individu maupun bisnis.

‘’Melalui berbagai instrumen, seperti Obligasi Pemerintah, Obligasi Korporasi, Reksadana, Sekuritas, Bancassurance maupun Pengelolaan Dana Pensiun,’’pungkas Handayani. (red)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan