MOSKOW – Ukraina dikenal sebagai negara pemilik senjata nuklir terbesar ketiga dunia. Senjata nuklir Ukraina merupakan peninggalan Uni Soviet (Rusia) pada perang dunia kedua.
Ukraina dahulu merupakan bagian dari Uni Soviet. Sepertiga senjata nuklir Uni Soviet berada di wilayah Ukraina.
Ukraina merdeka dari Rusia pada 1991. Hubungan Rusia dan Ukraina menegang pada 2013 karena kesepakatan politik dan perdagangan penting dengan Uni Eropa.
Kini, Rusia melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah Ukraina pada Kamis (24/2) kemarin.
Serangan darat, laut dan udara menargetkan titik strategis di wilayah Ukraina.
Rusia menjatuhkan bom di beberapa lokasi militer di Ukraina menjelang subuh kemarin.
Rusia menyerang bandara dan membombardir wilayah penyimpanan bom milik Ukraina.
Serangan Rusia ke wilayah Ukraina timur menghantam sebuah apartemen.
Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Oleksii Arestovich, mengatakan serangan itu menyebabkan sekitar 40 orang tewas.
Pasukan Rusia berhasil menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl.
Rekator nuklir yang dulunya milik Uni Soviet ini telah kembali ke tangan Rusia.
Diketahui, pada 24 April 1986 terjadi ledakan yang menghancurkan reaktor nomor empat Chernoby. Radioaktif lepas, 400 kali lebih banyak dibanding nuklir bom atom Hiroshima.
100.000 kilometer persegi wilayah terkontaminasi radioaktif. Sebanyak 31 orang tewas, ratusan lainnya yang hidup mengidap kanker dan cacat tubuh.
Puluhan ribu orang diungsikan. Chernobyl pun jadi kota mati. Tak ada penghuni, hanya sisa-sisa bencana dan radiasi mengerikan, yang membaur di udara.
Jika rektor nuklir ini diaktifkan, maka Rusia akan memiliki senjata pemusnah massal yang cukup mengerikan.
Penasihat Kantor Kepresidenan Ukraina Mykhailo Podolyak menilai mustahil jika Chernobyl bakal aman di tengah invasi Rusia
“Mustahil untuk mengatakan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl aman setelah serangan yang sama sekali tidak berguna oleh Rusia,” kata Podolyak, seperti dilansir dari reuters, Jumat (25/2).
“Ini adalah salah satu ancaman paling serius di Eropa saat ini,” kata Podolyak.
Rusia ingin mengendalikan reaktor nuklir Chernobyl untuk memberi sinyal kepada NATO agar tidak ikut campur secara militer. (pojoksatu-red)