Lalu, Iwan, 53, salah satu pemilik grosir minyak goreng di daerah Margahayu, menjelaskan bahwa kelangkaan tersebut membikin dirinya harus membatasi jumlah minyak yang mesti dijual.
“Kalau enggak jual 2 ton, itu stok (minyak goreng, red) setangki bisa habis. Sebab, kami (waktu) jual pada hari pertama saja (sejak kelangkaan minyak) 5 ton lebih aja bisa ludes cuma dalam satu jam,” ujarnya.
“Makanya, sama pimpinan sempat disuruh tutup dulu. Kalau nggak begitu (dibatasi) nanti bakal cepet habis. Lantas penjualan berikutnya, cuma dijual 2 ton saja,” ucapnya.
Meski sudah ditahan-tahan, dirinya mengaku stok minyak terlampau cepat habisnya. Padahal minyak goreng yang dikirim dari pusat grosir belum turun.
“Ada kelangkaan di pabriknya juga. Kami pun untuk besok sepertinya tidak akan berjualan. Semisal minyak dari pusat masih belum ada,” sambungnya.
Adapun saat ditanya perihal bertahan sampai berapa hari stok minyak goreng di grosirnya tetap “ready”. Dia menjawab dengan singkat, “Cuma tiga hari,” tutupnya.
Adapun menurut Kepala Pasar Kiaracondong, Hasan Syarif, mengatakan bahwa kelangkaan minyak ini terhambat dari ketersediaan di distributor.
“Pengirimannya nggak ada katanya, dari distributor. Kalau di grosir sehenarnya ada, tapi mahal. Kalaupun ada cuma terbatas. Bisa dikatakan, langka juga,” ujarnya saat ditemui wartawan Jabar Ekspres, Senin (21/2).
“Soal stok, kami tidak terlalu detail. Namun penelusuran dilakukan dengan cara pengecekan kelangkaan dan kesusahan mendapat minyak kepada para pedagang,” tambahnya.
Dan, lanjut Hasan, rata-rata jawaban para pedagang yaitu susah mendapatkan minyak. “Bahkan ada yang bilang, sudah mah susah, mahal,” pungkasnya.
Secara bersamaan, Khairi, Pengawas Perdagangan Ahli Disperindag Provinsi Jabar, mengungkapkan bahwa persoalan kelangkaan minyak goreng hampir sama di tiap daerah.
“Masalahnya dipendistribusian. Para pedagang kena imbas, mereka jadi tidak mendapatkan supply dari pabrik. Jadi mereka pun beli di grosir, sekalipun tidak sesuai dengan kebutuhan,” ujarnya.
“Suppy itu didapat dari pabrikan. Kalau tidak salah, ada delapan pabrik yang me-support ke seluruh Jabar. Masing-masing distributor itu sudah ditunjuk oleh Kemendag,” katanya.
Menurutnya, bisa dikatakan kalau permasalahan langka ini berada di pendistribusian minyak, “Distribusinya belum lancar sebagaimana biasanya dari kedelapan pabrik ini,” pungkasnya. (zar)