Depresi dengan Kecenderungan Ingin Bunuh Diri Harus Segera ke Psikolog

JAKARTA – Seseorang yang depresi, terlebih ketika memiliki pikiran ingin bunuh diri muncul, sebaiknya buru-buru pergi berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.

dr Zulvia Syarif SpKJ, dokter kesehatan jiwa menjelaskan seseorang yang depresi dan muncul pikiran ingin bunuh diri sudah cukup darurat untuk konsultasi ke psikolog.

Dia menjelaskan bahwa bunuh diri adalah pikiran yang sifatnya tidak pada semestinya atau pikiran yang seharusnya tidak ada. Sebab, pada prinsipnya, semua manusia di muka bumi ini punya keinginan untuk tetap hidup.

“Pada prinsipnya, manusia atau makhluk hidup apa pun di muka bumi ini itu punya survival atau ingin hidup. Sehingga, pikiran-pikiran terakit kematian dan pikiran mengakhiri hidup atau bunuh diri, itu menjadi pikiran yang sifatnya tidak pada semestinya atau pikiran yang gak ada,” kata dr Zulvia, dikutip dari Fajar Indonesia Network, Minggu (20/2).

Dia menambahkan pikiran bunuh diri terbagi menjadi dua jenis yaitu aktif dan pasif. Kalau pasif, dia hanya pasrah berharap segera mati bagaimana pun caranya.

Namun, pikiran bunuh diri aktif biasanya mereka sudah memikirkan cara mengakhiri hidup seperti apa.

“Kalau pikiran kematian tuh kita berpikir tentang hal-hal terkait kematian. Seperti after life atau memikirkan kematian itu seperti apa. Berpikir tentang tema-tema kematian. Tapi kalau pikiran bunuh diri itu bisa aktif bisa pasif. Kalau pasif itu misalnya kayak ‘terserah deh caranya gimana, berharap mati aja, diambil nyawanya’. Tapi kalau aktif tuh udah ada pikiran-pikiran caranya seperti apa gitu ya,” jelasnya.

Jika sudah muncul pikiran-pikiran seperti itu, disarankan untuk segera mencari psikolog atau psikiater. Carilah orang profesional yang bisa membantumu keluar dari masalah atau pikiran bunuh diri tersebut.

“Apa pun itu, pikiran kematian atau bunuh diri baik itu aktif maupun pasif, ini nggak semestinya ada. Dan kamu butuh bercerita pada seseorang yang bisa membantu yaitu orang yang memang sudah terlatih alias profesional. Bisa psikolog, bisa psikiater, bisa dokter atau tenaga kesehatan lainnya,” pungkasnya. (fin/ran)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan