Jabarekspres.com- Hasil dari data yang didapatkan Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) bahwa minat membaca orang Indonesia sangatlah rendah.
Dilansir dari suarasurabaya.net, bahwasanya Negara Indonesia berada di peringkat 60 dalam minat membaca.
Minat membaca orang Indonesia yakni sebesar 0,001 persen, angka ini berarti bahwa dari seribu orang Indonesia hanya satu orang yang rajin membaca.
Dilansir dari kanal Youtube Kok Tahu Dibanding dengan negara maju lain seperti negara-negara di Eropa dan Asia Timur seperti Jepang, para penduduknya membaca 15 sampai 30 buku.
Menurut Unesco setidaknya setiap orang harus membaca 3 buah buku dalam setahun.
Dalam hal minat membaca Negara ini masih kalah oleh negara tetangga kita yakni Thailand yang berada di peringkat ke 59.
Indonesia pun Juga kalah dengan negara-negara seperti Afrika Selatan yang berada diperingkat 56, Kolombia yang ada diperingkat 57, dan Maroko diperingkat 58.
Sebenarnya apa sih alasan orang Indonesia kurang minat dalam membaca? Ternyata ini alasanya.
Jumlah buku yang kurang
Dengan jumlah penduduk sebanyak 270,27 Jiwa, jumlah buku yang beredar di Indonesia hanya sebesar 22.318.083.
Artinya jumlah penduduk Indonesia tak sebanding dengan jumlah beredarnya buku. Rasio antara jumlah penduduk dan buku sebesar 0,09.
Persebaran buku yang tak menyeluruh
Penyebaran buku terpusat di pulau Jawa yakni sebesar 90 persen dan luar pulau Jawa sebesar 10 persen.
Perpustakaan yang jauh
Di kota-kota besar mungkin akses menuju perpustakaan sangat mudah, tapi di daerah-daerah seperti di Moyudan, Kabupaten Seleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sangatlah jauh untuk pergi ke perpustakaan.
Di sini anak-anak setidaknya harus menempuh perjalanan puluhan kilometer untuk dapat sampai ke perpustakaan terdekat.
Hal ini dilakukan anak-anak karena buku-buku perpustakaan yang ada di sekolah mereka sudah sangat lama.
Lantas permasalahan minat membaca orang indonesia sangat kecil bukan hanya faktor orang Indonesia malas saja.
Namun ada faktor-faktor lain seperti jumlah buku yang kurang memadai, penyebaran buku yangnyeluruh, hingga akses menuju perpustakaan yang jauh.
(suarasurabaya/KokTahu)