Tiga Dampak Yang Harus Diwaspadai Saat Penularan Omicron Semakin Tinggi

JAKARTA – Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, setidaknya ada tiga potensi dampak yang harus diwaspadai dengan semakin tingginya penularan Omicron di tengah masyarakat.

Dengan semakin tinggi kasus Covid-19 di masyarakat, maka harus mendapatkan perhatian lebih dari semua kalangan, juga mengantisipasi dampak yang akan ditimbulkan dari fenomena tersebut.

Adapun dampak yang pertama dari tingginya penularan Omicron adalah, dengan semakin banyaknya kasus, tentu secara proporsional akan semakin banyak juga yang sakit sedang atau berat. Hal itu membuat beban pelayanan kesehatan semakin meningkat.

Apalagi mulai banyak petugas kesehatan yang tertular Covid-19.

”Artinya, penularan di masyarakat harus ditekan agar jumlah kasus sedang dan berat dapat dikendalikan dan pelayanan rumah sakit lebih optimal,’’ kata Prof Tjandra Yoga Aditama.

Kedua, Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah menyatakan bahwa semakin banyak transmisi bisa berarti kematian akan semakin meningkat.

”Pengendalian penularan di masyarakat merupakan salah satu upaya penting untuk menekan kasus berat yang dapat menimbulkan kematian,” ucap Prof Tjandra Yoga Aditama.

Potensi dampak ketiga, kata Prof Tjandra Yoga Aditama, adalah kemungkinan mutasi virus menjadi varian baru. Transmisi lokal yang sedang tinggi seperti sekarang mendukung bagi virus untuk bereplikasi.

”Pada waktu virus bereplikasi, maka dapat saja terjadi mutasi. Kalau mutasi berkepanjangan, maka ini dapat berpotensi menimbulkan varian baru,” terangnya.

Prof Tjandra Yoga Aditama menunjukkan study kasus di Kota Bandung, dimana tingkat penularan mengalami kenaikan luar biasa.

”Per data kemarin, satu hari saja ada lonjakan lebih dari 500 kasus yang menjadi penambahan jumlah kumulatif kasus aktif di ibu kota provinsi ini,” kata Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna di Bandung, Rabu (9/2).

Dengan adanya lonjakan tersebut, Ema meminta kepada aparatur di kewilayahan agar betul-betul menguasai data kasus di tingkat wilayah. Selain menguasai data, petugas di lapangan juga perlu memahami standar alur penanganan pasien Covid-19.

”Saat ini positivity rate kita ini sudah di angka 4 persen, kita ketahui bersama ambang batas WHO itu di angka 5 persen. Tentunya ini harus diantisipasi,” ujar Ema. (jp/rit)

Tinggalkan Balasan