“Risiko dan reward dapat kita pelajari dengan memahai ilmu dan teknik trading. Tidak titip dana trading!” tegasnya.
Dia menjelaskan, menitipkan dana trading sangat berisiko. Pasalnya, masyarakat tidak pernah tahu, apakah orang yang menerima titipan dana tersebut mumpuni atau tidak dalam bisnis trading.
“Dan urusan uang itu semua sensitif, rentan dibawa kabur. Jadi, lebih baik kelola dana sendiri dan pahami ilmunya karena trading forex ini bisnis jangka panjang yang keuntungannya bisa kita buat sendiri dan risiko kita bisa minimalisir sendiri,” jelasnya.
Meski begitu, Supri mengakui bahwa trading menjadi ceruk bisnis yang menjanjikan. Bahkan, dia pun mengamini bahwa trading dapat menjadi jalan pintas untuk menjadi kaya. Asalkan, mampu mengendalikan diri saat menjalankan bisnis trading.
“Trading forex ini bisnis yang keuntungannya tidak terbatas, saking tidak terbatasnya membuat orang-orang haus atau serakah untuk cepat mendapatkan keuntungan besar,” katanya.
“Perlu digarisbawahi, setiap bisnis akan selalu ada risiko, tapi risikonya bisa kita minimalisir dengan cara mengendalikan diri sendiri, paham akan ilmu trading yang baik, serta konsisten menjalankan money managementnya,” sambungnya.
Supri pun memberikan tips, agar masyarakat terhindar dari flexing saat trading, di antaranya gali lebih dalam informasi dan cari tahu segala hal yang berkaitan dengan trading. Bahkan, perlu juga mencari tahu tentang perusahaan, termasuk perputaran uangnya.
“Jangan sampai kena tipuan dan jangan mau di iming-imingi keuntungan yang tidak masuk akal,” tandasnya.
Diketahui, masyarakat dihebohkan oleh fenomena flexing dalam dunia trading pasca Rhenald Kasali tampil dalam acara podcast bersama Deddy Corbuzier, Rabu 2 Februari 2022 lalu.
Saat itu, Rhenald Kasali membongkar adanya broker saham tak bertanggung jawab yang kerap melakukan praktik flexing dalam strategi marketing demi menarik minat pelanggannya.
“Lewat broker saham bodong, ceruk pasar akan dimanfaatkan dengan para pemain baru yang masuk ke dunia pasar modal,” ungkap Rhenald Kasali.
Bahkan, Rhenald Kasali membeberkan terdapat 2 sampai 4 juta investor baru yang menanamkan modal di pasar modal Indonesia. Namun, ada bahaya yang mengintai mereka.