”Termasuk bangunan-bangunan di perkebunan, sampai terowongan-terowongan bawah tanah,” katanya.
Tokoh warga Kampung Cibeunying, Dedi Sandy mengungkapkan, perahu tersebut ditemukan dirinya bersama enam warga lainnya dan Babinsa Koramil.
”Berkali-kali Situ Cileunca surut karena kekeringan atau sengaja disurutkan saat ada perbaikan. Tapi, sebelumnya tidak pernah terlihat adanya bangkai perahu itu. Baru kali ini saja terlihat,” kata Dedi yang merupakan Ketua RW 9 tersebut saat ditemui di tepi Situ Cileunca, kemarin.
Dedi menjelaskan, bagian depan perahu terlihat menjulang dengan kemiringan 90 derajat di antara kubangan lumpur.
Warga sekitar pun kemudian mendatanginya dan memastikan bahwa benda tersebut merupakan sebuah perahu besi yang menyerupai skoci.
Perahu berukuran panjang 180 sentimeter, dengan tinggi 81 sentimeter ini pun diangkat bersama enam orang warga, sambil ditarik menggunakan kawat sling.
Setelah terangkat, perahu berbobot sekitar 500 kilogram ini disimpan di Camp Ground Citere di tepi Situ Cileunca.
”Perahu ini disimpan di Camp Ground Citere karena warga percaya tempat ini adalah tempat asal perahu ini. Dulu, Citere merupakan hotel yang dibangun pada zaman Belanda, ada dermaga dan ruang mesin kapal juga. Tapi, kapalnya tidak pernah ditemukan, baru sekarang ditemukan,” katanya.
Perahu ini sebagian besar terbuat dari besi, tutur Dedi, disambungkan dengan ratusan pasak besi. Pada bagian paling bawahnya terdapat kayu jati untuk mendarat. Di pinggirannya terdapat pegangan besi dan rantai.
”Ada pengaitnya di bagian belakang perahu. Kami yakin ini hanya bagian depannya yang dikaitkan pada bagian tubuh atau ekornya. Diduga, bagian tubuh dan ekornya masih terkubur di dasar danau,” tuturnya.
Dedi menceritakan, dulu terdapat cerita mengenai serombongan warga Belanda yang tenggelam bersama perahu besi di Situ Cilenca. Berdasarkan cerita tersebut, menurut Dedi, sekitar 40 warga Belanda tenggelam di tengah danau.
”Sebagian warga hanya menganggap cerita itu sebagai mitos. Kemudian perahu besi ini ditemukan baru-baru ini dan warga kembali memikirkan cerita tersebut. Terlepas dari itu, warga menjadi ingin tahu lebih jauh mengenai peninggalan-peninggalan zaman Belanda di Pangalengan,” ucapnya.