Tips Mencegah  dan Mengenali Faktor Resiko Stroke

JABAREKSPRES.COM – Saat ini stroke menjadi penyakit nomer satu penyebab kematian di Indonesia, angkanya 21,1 persen dibanding penyakit lain seperti jantung koroner maupun diabetes melitus dengan komplikasi.

Meski begitu, 90 persen stroke dapat dicegah dengan memodifikasi faktor resikonya. Adapun faktor resiko stroke terdiri dari dua macam yakni yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah.

Menurut dokter spesialis syaraf dari RS Al Islam Bandung dr Nuri Amalia, saat pemaparannya dalam acara talkshow virtual bertema “Mengenal tatalaksana penyakit stroke bagi masyarakat umum”, faktor resiko yang tidak dapat diubah diantaranya, Umur, dimana resiko menjadi semakin besar apabila usia diatas 55 tahun.

Kemudian jenis kelamin, wanita sebelum menopouse beresiko lebih kecil dibanding pria, faktor berikutnya adalah ras dan keturunan.

Adapun faktor resiko yang dapat diubah diantaranya Hipertensi atau tekanan darag tinggi, atrial fibrilasi, diabetes melitus, dyslipidemia, pernyakit arteri karotis, merokok, alkoholism, aktivitas fisik yang kurang, obesitas dan narkoba.

Dari penelitian berbagai negara, lima faktor resiko paling bertanggung jawab pada penyakit stroke adalah Hipertensi, merokok, kegemukan, makanan dan aktivitas fisik kurang.

“Hal yang penting disini adalah, banyak faktor resiko ini yang dapat dikendalikan untuk mencegah terjadinya stroke,” ujarnya.

Dalam pemaparannya, Nuri juga menjelaskan cara pencegahan yang efektif untuk meminimalisir terjadinya serangan stroke, yakni:

Menghindari, memperbaiki atau mengendalikan faktor resiko.
Minum obat pencegahan stroke untuk mencegah terjadinya stroke ulang.
Olah raga teratur.
Makan makanan sehat.
Gaya hidup sehat.
Kontrol teratur kedokter, sesuai indikasi yang dikeluhkan.
dan peningkatan peran serta keluarga atau masyarakat.

Dengan mengetahui langkah pencegahannya, diharapkan akan lebih banyak indikasi stroke yang tertangani dini, sehingga tidak sampai pada tahap beresiko. Karena dampak dari stroke yang paling parah adalah kematian.

Sementara dampak lain apabila pasien berhasil diselamatkan dari kematian adalah hemiparesis atau kelumpuhan parsial satu sisi tubuh, angka ini mencapai 48 persen. Kemudian depresi klinis dengan 32 persen pasien, Tak mampu berjalan 22 persen, bergantng sebagian atau sepenuhnya 24 hingga 53 persen. sedangkan yang bisa pulih total hanya 10 persen. (rit)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan