SIDOARJO – Perkembangan kabar mengenai Lumpur Lapindo sudah lama hilang. Semburan lumpurnya tak berkesudahan. Sudah hampir 15 tahun menjadi momok warga sekitar. Bukan hanya mengubur ratusan rumah warga saja. Pun merusak nilai-nilai lokalnya.
Kini kabarnya kembali muncul. Usai Badan Geologi Kementerian dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan temuan barunya; ‘Harta Karun’ Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.
Ibarat kata; Setiap musibah mengandung permata. Tapi bukan permata di dalam lumpurnya, melainkan mineral Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth. Namun mungkin cocok untuk temuan baru itu. Pasalnya, ‘harta karun’ nya dinilai langka di dunia.
Tak hanya itu, Badan Geologi Kementrian ESDM pun mencatat adanya potensi logam raw critical material. Dari jumlahnya pun besar. Melebihi kapasitas logam tanah yang ada di daerah itu.
Eko Budi Leloni selaku Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM menyampaikan, pihaknya telah melakukan penyelidikan terkait mineral Logam Tanah Jarang di Lumpur Lapindo sejak tahun 2020 lalu.
“Teman-teman kami terlibat dan lakukan kajian secara umum di Sidoarjo. Sejak tahun 2020 penyelidikan di sana. Selain ada indikasi logam tanah jarang ini, ada juga raw critical material yang jumlahnya lebih besar,” ucap Eko Budi, Sabtu (22/1).
Di tahun 2021 lalu, sambung dia, Badan Geologi Kementrian ESDM kembali telah melakukan kajian secara mendetail. Namun hasilnya masih dalam pemrosesan.
Kendati begitu, kata Eko, hasil kajian barunya nanti akan langsung diberikan kepada publik. Jika sudah tuntas dilakukan.
“Tahun 2022 ini kami tengah melakukan kajian bersama Ditjen Minerba dan kerja sama dengan salah satu Litbang ESDM pusat. Yakni: Tekmira terkait potensi untuk logam tanah jarang tersebut,” katanya.
“Ini kerja sama dua intitusi dan perlu koordinasi akan hasilnya lalu diintegritaskan. Saat ini sedang diintegritaskan sehingga nanti bisa tahu potensi logam tanah jarang di Sidoarjo,” tambahnya.
Sekedar informasi, dikutip dari laman Pusat Sumber Data Geologi, Kementerian ESDM logam tanah jarang atau Rare Earth sudah ditemukan sejak abad ke-18. Sejak saat itu, para peneliti berlomba-lomba menemukan jenis unsur logam yang terkandung di dalamnya.