BANDUNG – Komite Eksekutif PSSI, Haruna Soemitro sempat membuat pernyataan “heboh” soal hubungan PSSI dengan pelatih Indonesia Shin Tae-yong (STY).
Bahkan, situasi sempat mencapai deadlock alias kebuntuan antara sang pelatih asal Korea Selatan itu dan PSSI.
Haruna juga merasa komunikasi PSSI dengan Shin tidak baik-baik saja. Sebab Shin, tambah Haruna, tersinggung saat dikritik dan diberikan masukan oleh para petinggi PSSI.
Kabar soal buntunya komunikasi antara PSSI dan Shin Tae-yong, sebelumnya diungkapkan oleh anggota Komite Eksekutif PSSI Haruna Soemitro. Haruna berbicara dalam Youtube milik JPNN.COM.
“Tadi sempat kita deadlock dan kemudian akan ditindaklanjuti. Dia (Shin Tae-yong, Red) akan buru-buru mau ke Bali,” kata Haruna.
Kendati demikian, hal berbeda datang dari Ketua Umum PSSI itu sendiri, yakni Mochamad Iriawan.
Pihaknya menegaskan bahwa tak ada kebuntuan alias deadlock yang terjadi saat pihaknya berkomunikasi dengan pelatih tim nasional Indonesia Shin Tae-yong (STY). Pembicaraan dengan Shin tersebut berlangsung pada rapat evaluasi yang berlangsung pada Kamis (13/1) dilansir dari Jawa Pos.
Menurut pria yang dipanggil Iwan Bule tersebut, pembicaraan dengan STY memang berkutat pada performa timnas di Piala AFF 2020.
Dalam ajang yang berlangsung pada 5 Desember 2021 sampai 1 Januari 2022 di Singapura tersebut, Indonesia menjadi runner-up. Pada partai final, Asnawi Mangkualam dkk kalah agregart 2-6 melawan Thailand.
Namun, Iriawan menyebut bahwa rapat itu tak bisa dituntaskan lantaran Shin harus mengejar pesawat ke Bali. Pelatih Korea Selatan di Piala Dunia 2018 tersebut berangkat ke Bali untuk memantau para pemain Liga 1 Indonesia yang akan dibawa ke Piala AFF U-23 2022.
“Pertemuan belum maksimal karena Shin buru-buru harus ke Bali. Nanti akan diteruskan lagi secara rinci ketika dia kembali (ke Jakarta, Red),” ucap Iriawan.
Diketahui, STY menangani Timnas Indonesia sejak akhir 2019. Dia menjalani kontrak berdurasi empat tahun. Di Piala AFF 2020, STY memang “cuma” membawa Indonesia menjadi runner-up.
Namun, performa Garuda banyak mendapatkan pujian. Sebab, Indonesia diperkuat oleh pemain muda yang berusia rata-rata 23,8 tahun. Indonesia menjadi salah satu skuad termuda dalam turnamen tersebut.