BANDUNG – Syuting film Ben & Jody memberi pengalaman tersendiri bagi Aghniniy Haque. Aktris yang memerankan Tambora itu mengaku telah nonton film pasca syuting.
Dirinya pun puas dengan hasil tersebut, “Seru, nagih dan lebih ke bersyukur sih akhirnya film kita yang dibuat dengan susah payah mau tayang,” kata Aghniniy Haque dilansir JawaPos.com Senin (17/1).
Tak hanya itu, pengalaman yang membikin bergidik adalah Aghniniy sangat terkesan karena dia merasa dekat dengan kamatian.
Dia merasa perjuangannya saat menjalani syuting ini tidak lah sia-sia. Terlebih sejumlah orang di sekelilingnya mulai memperlihatkan rasa antusias untuk menonton film arahan sutradara Angga Dwimas Sasongko tersebut.
Film Ben & Jody disebut Aghniniy Haque sebagai salah satu film yang paket lengkap.
“Di trailernya juga ada berantem, ada tembak tembakan, ada dramanya, dan ada pesan di dalamnya juga. Ini full package banget. Keluar bioskop kita akan happy karena kita bermainnya allout banget,” tuturnya.
Dia juga mengungkapkan, film ini satu-satunya film yang membuat pengalamannya seperti dekat dengan kematian. Sayangnya Aghniniy Haque enggan membicarakan hal itu lebih lanjut karena tidak spoiler.
“Kalau nonton di trailernya, aku mengahdapi suatu scene kayak dekat dengan kematian. Aku nggak pengin cuma sekedar akting, aku juga pengin mainin dramanya yang penonton juga bisa rasain,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Aghniniy Haque juga mengungkapkan gaya action yang diperlihatkannya dalam film Ben & Jody. “Tambora di sini kan emosional gitu ya. Cara dia menyerang juga lebih emosional. Kalau di Wiro Sableng 2 kali lebih kuat, di sini 6 kali lebih kuat gitu,” paparnya.
Dia mengungkap tantangan yang dihadapi saat menjalani syuting film ini di tahun 2020 lalu. Aghniniy Haque dituntut melakukan adegan laga di atas pegunungan di Jawa Barat dengan cuaca sangat dingin dan oksigen menipis.
“Kita menghadapi cuaca dingin. Di pegunungan gitu kan semakin tinggi oksigennya mungkin semakin menipis. Kita terus menguatkan fisik,” ungkapnya.
Tambora (Aghniny Haque) bersama Rinjani (Hana Malasan) adalah tokoh di kampung adat yang sangat menjaga tradisi dan budaya. Termasuk budaya bela diri.
