Kazakhstan Rusuh, Rusia Kirim Pasukan untuk Redam Pemberontakan

Nazarbayev lengser dari kursi kepresidenan pada 2019 sebagai pemimpin Partai Komunis era Soviet terakhir yang masih memerintah negara bekas Soviet. Tapi dia dan keluarganya tetap mempertahankan pos-pos yang mengawasi pasukan keamanan dan aparat politik di Nur-Sultan, ibu kota yang dibangun khusus dengan menyandang namanya. Dia belum terlihat atau terdengar sejak kerusuhan mulai.

Kedatangan cepat pasukan Rusia menunjukkan kesediaan Kremlin untuk menjaga pengaruhnya di negara bekas bagian Uni Soviet itu dengan kekuatan.

Sejak akhir 2020, Moskow telah mendukung pemimpin Belarusia melawan pemberontakan rakyat, campur tangan untuk menghentikan perang antara Azerbaijan dan Armenia, dan, yang membuat Barat khawatir, kembali menempatkan pasukan di dekat Ukraina, yang diinvasi Rusia delapan tahun lalu.

Pengerahan pasukan di Kazakhstan membawa risiko: dengan memperlihatkan otoritas Kazakhstan sebagai pihak yang bergantung pada kekuatan Rusia, Moskow dapat semakin mengobarkan semangat para pengunjuk rasa.

“Mereka adalah orang Kazakhstan dan Tokayev akan mencoba menjatuhkan mereka dengan pasukan Rusia. Itu tidak akan terlihat bagus untuk Moskow,” cuit ekonom Tim Ash, yang mengkhususkan diri mengamati wilayah itu.

Tapi sulit untuk mengatakan seberapa luas dukungan bagi protes di negara yang memiliki sedikit oposisi terorganisasi itu, terutama jika demonstran disalahkan karena memicu kekerasan.

“Terima kasih Tuhan, militer akhirnya tiba,” kata Ali, seorang manajer di hotel Holiday Inn dekat alun-alun utama Almaty, kepada Reuters melalui telepon. “Para penjarah datang tadi malam, menghancurkan jendela-jendela mobil di dekat kami. (jawapos-red)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan