JAKARTA – Ganda campuran nomor satu Indonesia Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti kemungkinan dicoret dari tim nasional. Sekitar dua pekan yang lalu, mereka sudah mengutarakan secara lisan pencoretan mereka dari Pemusatan Latihan Nasional (pelatnas) ke klub asal mereka, PB Djarum.
Bersama Praveen dan Melati, para pemain ganda campuran nasional yang datang ke Kudus adalah Gloria Emanuelle Widjaja, Akbar Bintang Cahyono, Andika Ramadiansyah, dan Marsheilla Gischa Islami. Mereka menyampaikan informasi pencoretan dari pelatnas ke klub asalnya dalam sebuah forum kecil di depan Ketua PB Djarum Yoppy Rosimin, Manajer Tim PB Djarum Fung Permadi, dan pelatih PB Djarum yang juga legenda ganda putra Indonesia Sigit Budiarto.
Gloria menangis ketika menyampaikan kabar bahwa Praveen/Melati dicoret dari pelatnas. Di luar ruangan, Melati juga sempat menangis dan terpukul dengan keputusan pencoretan tersebut,
Yoppy Rosimin menjawab secara diplomatis. Dia mengatakan bahwa apapun bisa terjadi. Yang jelas, Praveen/Melati dan para pemain pelatnas lainnya saat ini sedang berlatih di PB Djarum. Dalam masa liburan ini, PP PBSI mengembalikan semua pemain ke klub asal dan daerah tempat mereka bernaung.
“PBSI masih belum memberikan statement apapun. Kami menunggu SK-nya (surat keputusannya, Red) dulu. Soal Praveen/Melati yang dicoret ya mungkin saja, tidak ada yang pasti. Kami sekarang sudah prepare untuk segala risikonya,” ujar Yoppy.
Dia mengatakan walaupun Praveen/Melati adalah ganda campuran nomor satu Indonesia, pasangan nomor lima dunia, dan juara All England 2020, risiko dicoret dari pelatnas masih tetap ada.
Apalagi performa Praveen/Melati memang tidak impresif sepanjang tahun 2021. Mereka terhenti di perempat final Olimpiade Tokyo. Selain itu Praveen/Melati juga gagal meraih gelar sepanjang 2021. Prestasi terbaik mereka adalah runner-up Thailand Open dan Hylo Open, Jerman.
Bahkan pada ajang Indonesia Masters dan Indonesia Open di Nusa Dua, Bali, Praveen/Melati sudah tumbang pada babak pertama dan kedua. Di BWF World Tour Finals, Praveen/Melati terhenti di fase penyisihan grup.
“Misalnya, Tontowi Ahmad. Dia juara Olimpiade tetapi dipanggil lagi dengan status magang. Lalu ada Sony Dwi Kuncoro yang dicoret. Apapun bisa terjadi. Risiko selalu ada,” ucapnya.