”Ada tiga rencana yang harus diisi Angeline. Isinya apa? Aktivitas yang mau dilakukan Angeline besoknya,” tuturnya.
Saat ini Angeline duduk di bangku SMP. Usianya 12 tahun. Sejak usia 4 tahun, Rachma mengajari Angeline untuk membuat tulisan besok mau ngapain. Sebelum di papan putih, Angeline menulis di kertas. Pakai krayon atau spidol warna. Karena saat itu Angeline masih berusia 4 tahun, Rachma mengenalkan rencana yang gampang. Salah satunya ikut belanja di pasar.
”Aku minta dia nulis apa saja yang mau dibeli di pasar,” ungkapnya.
Rencana tidak berjalan mulus? Itu sudah biasa. Rencana yang disusun orang tua bisa tidak berjalan mulus, kok. Berarti, rencana yang dibuat anak bisa saja gagal. Nah, bagaimana sikap orang tua saat rencana yang sudah disusun anak eh malah gagal?
Pertama, Tidak perlu marah. Sedikit-sedikit marah kalau nggak sesuai ekspektasi parents. Jangan dong. Saat anak gagal mewujudkan rencananya, itu artinya anak sudah mengenal kegagalan. Tidak masalah. Kedua, Selain mengenal kegagalan, anak akan memahami bagaimana rasa kecewa itu. Kecewa rencananya berantakan. Terakhir, jika rencana berantakan, ajak anak berdiskusi untuk menemukan solusi. Cari jalan keluar. Itu artinya, mengajak anak untuk berpikir kreatif. (jawapos/ran)