DEPOK – Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok menilai sekolah-sekolah di Kota Petir itu mulai menjadi tempat pembelajaran pengelolaan lingkungan.
Pernyataan sekolah di Kota Depok mulai jadi tempat pembelajaran pengelolaan lingkungan muncul usai lima sekolah di Kota Depok berhasil meraih penghargaan Adiwiyata tingkat Nasional sepanjang tahun ini.
“Tahun ini sebanyak lima sekolah berhasil meraih penghargaan Adiwiyata tingkat Nasional tingkat nasional. Dengan demikian, dapat dikatakan sekolah-sekolah di Depok sudah menjadi tempat pembelajaran bagi pengelolaan lingkungan,” kata Kepala DLHK Kota Depok, Ety Suryahati, Senin (27/12).
Penghargaan Adiwiyata sendiri diberikan kepada sekolah yang secara konsisten menerapkan Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS).
Adapun kelima sekolah di Kota Depok yang telah mampu meraih penghargaan tersebut antara lain, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Depok, Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Ummul Quro Depok, Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ummul Quro Depok, SDIT Miftahul Ulum, dan SDIT Mawaddah.
Ety menyebut penghargaan tersebut berhasil didapatkan berkat dukungan dari berbagai pihak terkait. Salah satunya Dinas Pendidikan (Disdik) yang terus mendorong dan memberikan pendampingan kepada sekolah untuk mengelola sampah.
“Untuk itu, ucapan terima kasih patut diberikan kepada Disdik yang mampu melakukan pendampingan ke sekolah agar mengelola sampah menuju sekolah berwawasan lingkungan,” ungkapnya.
Dirinya berharap prestasi yang telah diraih itu dapat terus dipertahankan dan berharap dapat menginspirasi sekolah-sekolah lainnya sehingga ke depan prestasi serupa dapat diraih sekolah-sekolah lainnya di Kota Belimbing itu.
Selanjutnya, yang tak kalah penting, kata dia, masyarakat di sekolah harus sadar bahwa lingkungan yang bersih dan pola hidup yang baik dimulai dari kebiasaan.
“Sebab, kita harus tahu bahwa tubuh kita membutuhkan air yang jernih, tanah yang subur dan juga udara bersih. Kesadaran inilah yang kita tanamkan sejak dini. Jadi sifatnya bukan paksaan lagi, melainkan kebutuhan,” pungkasnya. (mg2/ran)