Film “DJOERAGAN”, Film Pertama Dengan Teknologi Blockchain Melalui Crypto Currency Di Indonesia

Yang menceritakan kisah pertemanan lima orang juragan atau penguasa wilayah. Namun, hubungan baik di antara mereka rusak saat semuanya maju menjadi calon kepala desa (kades).

Semua intrik politik hingga suap untuk meraih suara pemilih akan diekspose dalam balutan genre komedi. Yusef Muldiyana selaku sutradara dan penulis cerita film Djoeragan mencoba memotret sisi gelap dalam perebutan kekuasaan yang penuh intrik itu.

“Intinya, film ini bercerita tentang lima juragan yang bersahabat. Setelah maju sebagai kandidat kades, mereka saling bertengkar, sementara rakyatnya mengaggap mereka menjadi badut. Ada sarkas yang menjadi bumbu,” katanya

Dalam Proses pembuatan film Djoeragan sendiri, nantinya akan dijadwalkan mulai pada Februari 2022 mendatang, dan akan tayang di jaringan bioskop seluruh Indonesia dan platform digital.

Film ini, nantinya akan dibintangi oleh beberapa artis ternama seperti, Kang Jamal Preman Pensiun, Joe P-Project, Budi Dalton, Masbon (IRK), Doel Sumbang, Jajang C Noer, Meisya Siregar, Adhisty Zara, hingga Doni Damara.

“Kami juga berencana mengajak pegiat seni peran, termasuk budayawan di Kota Bandung. Selain itu, akan ada casting terbuka yang jadwalnya segera diumumkan,” kata TW.

Ditempat yang sama, menurut Budi Dalton yang juga dikenal sebagai budayawan dan akademisi berharap, proyek film Djoeragan menjadi momentum untuk menghidupkan kembali julukan Bandung sebagai gudangnya industri kreatif, khususnya film.

Dalton juga mengutarakan bahwa selama ini Kota Bandung dikenal masyarakat sebagai Kota Musik. Namun lanjut dia, pengakuan itu harus dibuktikan dengan keberadaan ekosistem yang terbangun untuk mendukung industrinya.

“Sekolah musiknya ada tidak? Artisnya ada tidak? Tempat ekspresinya ada tidak? dari musik sudah menghasilkan tidak buat PAD? Kalau iya, baru bisa disebut kota musik. Kenyataannya etalasenya tidak ada,” jelas dalton

“Begitu pula di dunia perfilman, pengakuan-pengakuan ini semuanya hanya dari mulut ke mulut, eksistingnya tidak pernah ada. Pemain film dan sutradara asal Bandung itu banyak, tapi tidak pernah ada sebuah fasilitas yang riil yang konkret dari Kota Bandung itu sendiri, bukan saya menyalahkan pemerintah, fasilitator itu artinya bisa siapa saja,” sambungnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan