Bicara pemasaran, Taufik menjelaskan, usahanya banyak dibantu oleh pemasaran secara digital. “Jujur di awal pandemi adalah masa terberat, waktu itu PSBB dan kami berinsiatif berjualan melalui marketplace,” ujar Taufik.
“Kita harus jeli dan mau belajar hal baru, aku pun di awal pandemi dipaksa untuk beradaptasi, untuk mengembangkan usaha secara digital, dan sekarang manfaatnya besar,” sambungnya.
“Pemasaran Cottongo sekarang lebih banyak secara online,” ujar Taufik.
Ia menyebut pemasaran secara digital ini cukup menjanjikan. Ada dua marketplace yang ia manfaatkan untuk memudahkan pelanggan menjangkau produk-produknya.
Langkah pemasaran digital ini diambil karena Cottongo, belum memiliki outlet atau toko untuk menjual produknya. “Lagi pula selama pandemi Covid-19 kita tidak dimungkinkan untuk kontak secara fisik dengan pelanggan,” kilahnya.
Pemasaran digital menurutnya banyak memberi kemudahan bagi calon pembelinya. Calon pembeli tinggal memilih melalui marketplace. Setelah itu, transaksi pembayaran dapat diselesaikan dengan mudah melalui transfer bank atau dompet digital. Kemudian, dikirimkan ke alamat yang dituju melalui jasa pengiriman.
Tak hanya marketplace, Taufik juga mencoba memperkenalkan produknya melalui Instagram. Profesional muda yang tertarik dengan produknya bisa mengunjungi akun instagramnya: Cotton.go. Akun instrgamnya itu, secara rutin diperbarui dengan konten-konten yang sudah disiapkan sebelumnya.
“Pembaruan konten ini perlu, agar Cottongo, bisa selalu dekat dengan followeernya,” ujar Taufik. Untuk meningkatkan awareness mereknya, Ia berencana menjalin kerjasama dengan beberapa influenser.
Jika saat ini Cottongo hanya membuat busana untuk pria, Taufik berkeinginan untuk juga masuk ke pasar busana perempuan. “Busana perempuan, khususnya busana perempuan dewasa cukup besar, apalagi perempuan itu kan sangat memperhatikan busana yang dikenakannya,” ujarnya.
Bahkan, tak cuma menambah varian produk agar pesanan yang meningkat, Taufik pun bisa membuka peluang kerja baru bagi masyarakat. (*)