JAKARTA – Banyaknya bencana yang melanda Indonesia, mulai dari pandemi, kemudian banjir, yang hampir satu bulan menggenangi beberapa wilayah di Provinsi Kalimantan Barat, sangat mengganggu proses kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Hal ini mendorong Sekjen Perkumpulan Teacherpreneur Indonesia Cerdas (PTIC) Dodi Iswanto, mengusulkan adanya kurikulum khusus bencana pada Kemendikbudristek. Karena berdasar laporan jaringannya di daerah, banjir di Kalbar mengakibatkan banyak sekolah menghentikan proses kegiatan belajar mengajar (KBM).
”Pembelajaran secara daring juga tidak mungkin dilakukan, karena akses internet juga terputus,” kata Dodi Rabu (17/11).
Dia mengatakan, Kemendikbudristek harus menyiapkan kurikulum darurat. Khususnya untuk mengantisipasi bencana alam, seperti banjir, yang berlangsung cukup lama.
Untuk itu Dodi mendesak pemerintah pusat, tidak hanya mitigasi risiko dampak banjir. Tetapi juga memperhatikan proses pembelajaran di tengah bencana.
“Yang tidak kalah penting, pemerintah harus terus melakukan pendampingan trauma healing kepada peserta didik korban banjir. Kemendikbudristek harus belajar dari kasus banjir Kalbar itu.” Tegasnya.
Menurut dia, ke depannya upaya mitigasi harus berdasar kearifan lokal setempat. Sehingga bencana yang terjadi dapat diantisipasi dengan cepat. Serta tidak berdampak terlalu besar bagi pembelajaran di ruang kelas.
Dodi menyampaikan, hampir semua wilayah di Indonesia memiliki risiko bencana alam. Mulai dari gempa bumi, longsor, banjir hingga tsunami. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum bencana pendidikan, mitigasi risiko, serta trauma healing harus mempertimbangkan potensi bencana itu. (jpg)