JAKARTA – Utang Pemerintah Indonesia kian hari terus bertambah. Saat ini berada di angka Rp6.711 trilun terhitung September 2021.
Jumlah utang ini, bertambah signifikan bila dibandingkan dengan posisi utang di akhir Desember 2020 yang sudah ada di angka Rp6.074 triliun.
Dilansir dari APBN Kita Kementerian Keuangan (Kemenkeu), rasioutang pemerintah terhadap PDB kini menjadi 41,38 persen.
Sementara pada akhir Desember 2020, rasio utang pemerintah terhadap PDB ada di angka 38,68 persen.
Adapun komposisi utang pemerintah terbesar berasal dari Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak Rp5.887 triliun.
Posisi utang Pemerintah Pusat mengalami kenaikan sebesar Rp86,09 triliun apabila dibandingkan posisi utang akhir September 2021.
Atau dalam rata-rata bertambah Rp2,7 triliun setiap harinya sepanjang Agustus-September 2021.
Kenaikan utang Indonesia terutama disebabkan adanya kenaikan utang dari Surat Berharga Negara Domestik sebesar Rp89,08 triliun sementara Surat Berharga Negara dalam valuta asing mengalami kenaikan sebesar Rp6,2 triliun.
Sementara, untuk pinjaman terjadi penurunan sebesar Rp9,19 triliun. Pemulihan ekonomi Indonesia akibat dampak pandemi Covid-19 masih berlangsung hingga saat ini.
Untuk tetap menjaga pengelolaan utang yang hati hati, terukur dan fleksibel di masa pandemi, beberapa langkah pengelolaan utang telah dilakukan Pemerintah di antaranya dengan menjaga komposisi utang SBN domestik lebih besar daripada utang dalam bentuk valuta asing.
Pemerintah secara konsisten berusaha untuk menurunkan Pinjaman Luar Negeri dan SBN dalam valuta asing sebagai upaya untuk mengurangi eksposur luar negeri terhadap utang pemerintah. Penerbitan obligasi global, termasuk obligasi SDGs, melengkapi pembiayaan domestik.
Selain itu, pembiayaan non-utang juga digunakan melalui pemanfaatan akumulasi surplus kas (SAL) sebesar Rp169,9 Triliun.
Dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar SBN saat ini dan ke depan, dampak terhadap pasokan SBN di pasar keuangan diperkirakan masih dalam batas wajar dan berpotensi mengalami penurunan dari target awal sejalan membaiknya perekonomian yang ditandai dengan penerimaan yang meningkat.
Sehingga memberikan outlook APBN 2021 yang positif, selain juga pemanfaatan SAL melalui optimalisasi likuiditas Pemerintah dan dukungan Bank Indonesia melalui SKB III. (yud)