BANDUNG – Tercatat ada 1.100 calon investor dari dalam dan luar negeri yang sedang menjajaki investasi melalui West Java Investment Summit 2021. Hingga tengah hari transaksi mencapai Rp6,5 triliun.
Adapun investasi yang ditawarkan di antaranya Metropolitan Rebana dengan 13 kota industri barunya. Sedangkan Jabar bagian selatan investasi fokus pada bidang kemaritiman, pariwisata dan pertanian.
Potensi investasi di kawasan Rebana dan Jabar selatan Rp392,4 trilirun. Sisanya akan terus dinegosiasikan selama dua hari pelaksanaan WJIS.
Menurut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berbeda dengan WJIS tahun sebelumnya yang fokus pada ketahanan ekonomi di era pandemi, WJIS ketiga tahun ini lebih kepada peningkatan ekonomi pascapandemi yang peluangnya terbuka lebar.
Kawasan Jabar utara dan selatan menjadi penting ditawarkan dalam WJIS karena dari total hampir 50 juta penduduk Jabar, mayoritas berada di wilayah Jabar tengah ke utara dengan karakteristik industrial dan modern.
Sisanya berada di wilayah tengah ke selatan dengan bentuk geografis yang curam karena banyak pegunungan
“50 juta warga jabar mayoritas tinggalnya di tengah ke utara karena tanahnya datar, tapi dari wilayah tengah ke selatan curam namun mengandung keindahan. Oleh karena itu pembangunan Jabar tengah ke utara banyaknya modernisasi dan industrialisasi sedangkan tengah le selatan banyak alam,” ujar Ridwan Kamil.
Kang Emil bilang Jabar memiliki prinsip pemerintahan proaktif (proactive government) atau investasi ketok pintu. Hasilnya setiap investasi di Jabar baik PMA maupun PMDN selalu tertinggi di Indonesia.
“Kami punya prinsip proactive government, jadi kalau mau investasi tinggi harus ketok pintu bukan jaga warung. Inilah yang menyebabkan kami setiap tahun investasinya selalu tertinggi di Indonesia,” ujar Kang Emil.
“Saya laporkan juga awal November nanti saya diminta menemani Pak Luhut ke Abu Dhabi untuk safari investasi di mana salah satu yang akan ditawarkannya adalah kawasan Rebana,” tambahnya.
Di era pascapandemi ini, Jabar memiliki tujuh ekonomi baru yang bisa dijadikan sasaran investasi. Di antaranya, destinasi investasi Asean, kedaulatan pangan, investasi bidang kesehatan, manufaktur 4.0, digital, green economy dan pariwisata lokal.