Pakar Kesehatan Jiwa Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. dr. Ronny Tri Wirasto mengatakan sebelum pandemi seseorang terbiasa berinteraksi langsung dengan orang lain, tetapi situasi saat ini menyebabkan seseorang tiba-tiba harus membatasi melakukan interaksi langsung.
“Cara itu (pembatasan sosial, red.), sangat efektif dalam menekan laju penyebaran virus corona. Namun, cara itu pula menimbulkan berbagai persoalan lain, salah satunya persoalan kesehatan mental pada sebagian masyarakat karena manusia harus beradaptasi pada kebiasaan yang baru,” ujarnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyerukan penguatan layanan kesehatan mental secara umum dan peningkatan akses ke layanan kesehatan mental melalui teknologi.
Selain itu, badan dunia ini juga mendesak layanan dukungan psikologis yang lebih baik di sekolah, universitas, tempat kerja, dan untuk orang-orang di garis depan perang melawan Covid-19.
Saat ini, Pemerintah Indonesia telah menyusun strategi jangka panjang menyikapi masa pandemi Covid-19 yang diprediksi masih akan berlangsung beberapa waktu ke depan.
Selain menyiapkan peta jalan hidup bersama Covid-19, pemerintah juga terus melakukan berbagai upaya persuasif untuk membiasakan masyarakat beradaptasi dengan kebiasaan baru.
Selain disiplin prokes, pemerintah terus menggencarkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk penapisan di ruang publik yang menerapkan keharusan “check-in” dan “check-out” dengan pemindaian “quick response code” (QR code) dengan aplikasi tersebut.
Aplikasi tersebut akan menjadi hub informasi warga negara Indonesia (WNI) terkait dengan pandemi Covid-19. Misalnya terkait dengan status dan sertifikat vaksin, riwayat perjalanan, hingga status penyebaran Covid-19 di lokasi tempat berada secara seketika. Penggunaan aplikasi Pedulilindungi akan semakin meningkat seiring dengan pembatasan kegiatan sosial masyarakat yang lebih longgar.
Pilihan terbaik bagi masyarakat saat ini tetap menegakkan disiplin protokol kesehatan sebagai jalan menuju adaptasi kehidupan baru. Hidup berdampingan dengan Covid-19 bukan berarti menyerah. Masyarakat harus mengubah perilaku, cara pandang, dan beradaptasi dengan kebiasaan baru.
(Antaranews)