Sejak awal pandemi Covid-19, setiap orang wajib memakai masker. Di awal pandemi, sulitnya menemukan masker bedah membuat setiap orang sempat diizinkan memakai masker kain. Sebetulnya masker mana yang paling efektif?
Penelitian selama satu setengah tahun terakhir mengungkap bukti laboratorium, berbasis model, dan pengamatan tentang efektivitas masker. Salah satunya Asisten Profesor Ilmu Kesehatan Lingkungan Laura (Layla) H. Kwong, dari Universitas California, Berkeley. Ia memimpin sebuah penelitian yang meneliti penelitian tentang bahan mana yang terbaik.
“Baru-baru ini, saya adalah bagian dari uji coba terkontrol acak terbesar hingga saat ini yang menguji efektivitas pemakaian masker. Studi ini belum ditinjau oleh rekan sejawat tetapi telah diterima dengan baik oleh komunitas medis,” katanya seperti dilansir dati Science Alert, Jumat (8/10).
Hasilnya, masker bedah paling manjur. Masker bedah memberi bukti standar emas.
“Apa yang kami temukan memberikan bukti standar emas yang mengkonfirmasi penelitian sebelumnya. Mengenakan masker, terutama masker bedah, mencegah Covid-19,” katanya.
Orang-orang telah menggunakan masker untuk melindungi diri dari tertular penyakit sejak wabah Manchuria pada tahun 1910. Selama pandemi Coronavirus, fokusnya adalah pada masker sebagai cara untuk mencegah orang yang terinfeksi. Bukti laboratorium terbaru mendukung gagasan ini.
Pada April 2020, para peneliti menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi virus Korona tetapi bukan SARS-CoV-2 mengembuskan lebih sedikit RNA virus Korona ke udara di sekitar mereka jika mereka mengenakan masker. Sejumlah studi laboratorium tambahan juga telah mendukung kemanjuran masker.
Di dunia nyata, banyak ahli epidemiologi telah meneliti dampak dari penggunaan masker dan kebijakan masker untuk melihat apakah masker membantu memperlambat penyebaran Covid-19. Satu studi observasional diterbitkan pada akhir 2020 melihat demografi, pengujian, penguncian dan pemakaian masker di 196 negara.
Para peneliti menemukan bahwa setelah mengendalikan faktor-faktor lain, negara-negara dengan norma budaya atau kebijakan yang mendukung pemakaian masker mengalami peningkatan kematian mingguan per kapita virus Korona 16 persen selama wabah, dibandingkan dengan peningkatan mingguan 62 persen di negara-negara tanpa aturan pemakaian masker.
Studi laboratorium, observasional, dan pemodelan secara konsisten mendukung pemakaian masker.