Lantas, apa solusinya?
1. Konseling
Konseling dapat berlanjut sebagai rangkaian proses penyelesaian masalah, bahkan tidak jarang berlanjut pada tahapan konseling masalah yang lainnya. Itu sebabnya, tidak dapat ditentukan berapa lama proses sesi pertemuan (theraphy dan counseling), karena berbeda kasus dan penanganan, termasuk tahapan yang perlu dilakukan secara kontinyu.
2. Dokter Multidisiplin
Zoya menambahkan, dalam tahapannya, tidak jarang ia harus bekerjasama dengan tim dokter dalam menyelesaikan kasus yang dialami para klien.
“Untuk itu saya bekerjasama dengan dokter spesialis obstetri (dokter kandungan) dan ginekolog (dokter urusan reproduksi perempuan),” katanya.
Baca Juga:Maraknya Jual Beli Hewan Langka di Medsos, Pakar Hukum Minta Aparat Tindak TegasUji Coba Aplikasi PeduliLindungi di Pasar Tradisional Baltos Dinilai Belum Efektif
Sedang pada kasus lelaki yang mengalami disfungsi ereksi, maka lelaki atau si suami harus terlebih dulu berkonsultasi dengan dokter andrologi, spesialis medis yang mengurus kesehatan pria secara khusus termasuk urusan reproduksi dan sistem urin pria. Jika ditanya bentuk terapi apa yang diberikan kepada pasien, tidak ada solusi general, mengingat setiap orang adalah unik, karena itu setiap orang juga harus berproses. Intinya, solusi bagi mereka adalah menggunakan terapi dan konseling yang disesuaikan dengan kasus dan jenis masalah yang dihadapi,” jelasnya.
3. Terapi
Ia mencontohkan sejumlah terapi yang digunakan antara lain adalah Sensate Focus Therapy atau Emotional Focused Couple Theraphy (EFCT), dan Cognitive Behaviour Theraphy (CBT), yang berbeda klien dan berbeda kasus yang mereka hadapi. Adapun bentuk homework yang perlu digarap bersama pasangan pasutri misalnya ritual romantic, dan ini berbeda kepada setiap klien, karena setiap orang berbeda treatment-nya. (jawapos.com)
