Tak Ingin Keluarga Pelaku Trauma, Korban Bullying di KPI Buat Surat Terbuka untuk Netizen

JAKARTA– Beredar surat terbuka yang ditulis oleh MS, selaku korban pelecehan seksual dan bullying di Kantor Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pusat. Dalam surat tersebut, MS meminta agar masyarakat tidak melakukan perundungan kepada keluarga para terlapor kasus tersebut.

Pengacara MS, Muhammad Mualimin membenarkan surat tersebut ditulis langsung oleh kliennya. Surat dibuat atas keprihatinan MS apabila keluarga para terlapor ikut terkena dampak atas perbuatan yang dilakukan oleh orang lain.

“Istri, anak, dan keluarga pelaku tak bersalah. Menurut MS, mereka tak boleh dicaci. Sebab yang salah adalah 8 pelaku yang dia sebut di rilis yang viral,” kata Mualimin saat dihubungi, Senin (6/9).

MS menilai jika keluarga para terlapor ikut terdampak atas kasus ini, maka bisa meninggalkan efek yang buruk.

“Trauma, kekalutan, guncangan mental, dan kepedihan yang dialami MS sudah cukup. Tak boleh lagi ada orang lain sedih karena jadi korban perundungan,” jelas Mualimin.

Berikut surat terbuka yang ditulis MS untuk warganet, seperti dikutip dari Jawapos.

Surat terbuka korban pelecehan seksual di KPI. (Istimewa)
Surat terbuka korban pelecehan seksual di KPI. (Istimewa)

 

SURAT UNTUK NETIZEN INDONESIA

Kepada Yth

Netizen Seluruh Indonesia

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya adalah MS (Penyintas Pelecehan Seksual dan Bullying di KPI Pusat). Pertama-pertama saya mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan Netizen seluruh Indonesia untuk terus mengawal dan memantau perkembangan kasus Slsaya di berbagai media, baik media cetak, elektronik maupun media online.

Netizen seluruh Indonesia sudah saya anggap seperti keluarga sendiri. Oleh karena itu, melalui surat ini, saya memohon agar Netizen tidak berkomentar negatif dan menampilkan identitas dari keluarga pelaku bullying dan kekerasan seksual.

Tetap berfokusilah terhadap kasus saya dan pelakunya. Saya sebagai manusia mempertimbangkan segala aspek, etika dan nilai-nilai kemanusiaan. Saya khawatir keluarga pelaku, seperti; istri, anak dan orang tuanya mendapatkan dampak psikis atau trauma berkepanjangan seperti yang saya alami. Apalagi, anak dari pelaku. Masa depan Indonesia berada di tangan generasi berikutnya.

Demikian, surat ini, saya tulis atas inisiatif saya sendiri tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan