“Sebagai para pengusaha akan berat menghadapi hal seperti ini, tapi enggak ada pilihan lagi karena Covid 19 ini menyasar semua elemen masyarakat,” katanya.
Dedi mengatakan, guna mempertahankan bisnisnya agar jangan sampai gulung tikar, para pelaku usaha kuliner dan fashion sudah mulai bergeliat dengan menerapkan penjualan sistem online. Berbeda dengan pariwisata, yang nyaris tidak bisa dilakukan secara online. Karena kunjungan wisata harus dilakukan secara langsung, barulah bisa ada interaksi.
“Di tengah pandemi saat ini, pelaku usaha lainnya masih bisa menjual produknya secara online. Tapi kalau pariwisata tidak bisa secara online, karena harus berkunjung langsung ke tempatnya, baru bisa ada interaksi perdagangan,” tandasnya. (yul)