BANDUNG – Pengamat Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr. Yusa Djuyandi berikan pendapat tentang maraknya kritikan terhadap pemerintah yang dituangkan dalam bentuk Mural di berbagai daerah.
Menurutnya, mural merupakan salah satu media untuk mengekspresikan gagasan, kegelisahan, kritik masyarakat atas pemerintah.
Dijelaskannya, penggunakan mural untuk mengekspresikan kegelisahan masyarakat bukan hanya terjadi saja saat ini saja. Melainkan sejak dulu. Bahkan sudah menjadi hal biasa di negara lain.
“Tapi kenapa sekarang mural kembali mencuat? Sebab Medsos dianggap tidak lagi aman dan tidak sebebas kemunculannya di awal,” ucap Dr. Yusa melalui pesan singkatnya di Bandung, Kamis (02/09).
“Setiap ada kritik yang tajam akan ada blokir, bahkan bisa saja ada yang mengadu,” imbuhnya.
Disinggung mengenai pemerintah anti kritik, sebab menghapus mural, ia pun mengatakan perlu adanya pengecekan terlebih dahulu terhadap tempat yang dijadikan mural.
“Harus di cek dulu apakah sebelumnya di daerah itu pernah ada mural atau tidak. Kalau pernah ada mural, tetapi karena ada mural yang isinya kritik terhadap pemerintah maka kemudian dihapus maka ini bisa jadi indikasi anti kritik,” tandasnya. (**)