Ada 18 pesawat milik maskapai sipil yang diterjunkan. Di antaranya, milik American Airlines, Atlas, Delta, Omni, Hawaiian, dan United. Selain itu, ada puluhan pesawat kargo militer yang ikut dalam evakuasi. Pesawat sipil itu tidak keluar masuk Kabul. Tapi menunggu di pangkalan AS yang terletak di Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk menerbangkan orang-orang ke negara-negara Eropa serta AS. Misi evakuasi terbesar Pentagon itu ditargetkan selesai pada 31 Agustus.
Setidaknya 15 ribu warga AS harus dikeluarkan dari negara yang kini dikuasai Taliban tersebut. Selain itu, mereka menargetkan untuk mengeluarkan 50 ribu warga Afghanistan dan keluarganya. Mereka adalah orang-orang yang dulu bekerja membantu tentara AS. Mulai bekerja sebagai penerjemah hingga kontraktor. Setidaknya sudah ada 17 ribu orang yang dikeluarkan dari Afghanistan sejak operasi evakuasi itu dilakukan 14 Agustus. Sebanyak 2.500 di antaranya warga AS.
Kepanikan untuk bisa keluar dari Afghanistan merenggut setidaknya 20 nyawa. Tujuh di antaranya meninggal kemarin. Taliban berusaha menunjukkan kuasanya dengan ikut menertibkan antrean orang-orang yang ingin keluar dari negara tersebut. Mereka memberikan tembakan ke udara dan menggunakan tongkat untuk memaksa orang-orang berbaris. Menteri Pasukan Bersenjata Inggris James Heappey mengakui bahwa langkah Taliban di luar bandara itu membantu evakuasi lebih cepat.
Di pihak lain, Taliban mengkritik evakuasi yang dilakukan AS dan sekutunya. Kepala Dewan Pembimbing Taliban Amir Khan Muttaqi menyebut tindakan AS seakan meracuni warga Afghanistan untuk berpikir bahwa Taliban adalah musuh. ’’Seluruh Afghanistan aman, tapi bandara yang dikelola Amerika itu anarkistis,’’ ujarnya seperti dikutip The Guardian. (jawapos)