JAKARTA – Di tengah mengganasnya Covid-19 varian Delta, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta dunia waspada atas munculnya kasus pertama virus Marburg.
Seorang warga Guinea meninggal dunia setelah tertular virus yang diduga berasal dari kelelawar buah itu. WHO menegaskan virus tersebut fatal dan berbahaya, menyebabkan risiko kematian hingga 90 persen.
Setelah kematian satu kasus itu, 100 orang dikarantina. Yahoo News melaporkan seorang pria di Guinea meninggal karena virus Marburg yang sangat menular. WHO menyebutnya sebagai sepupu virus Ebola.
Menurut WHO, kasus pertama virus di Guinea terdeteksi pada Jumat pekan lalu. Pria itu awalnya menunjukkan gejala pada akhir Juli dan meninggal 8 hari kemudian. Tes yang dilakukan setelah kematiannya memverifikasi bahwa pria itu memang positif terkena virus Marburg.
Seperti disebutkan, WHO mengatakan Marburg adalah penyakit yang sangat menular menyebar melalui cairan tubuh. Ini memiliki tingkat kematian hingga 90 persen dan merupakan bagian dari keluarga virus yang sama dengan Ebola.
Medical Xpress seperti dilansir Science Times, menggambarkan virus Marburg sebagai patogen yang sangat berbahaya yang mirip demam berdarah. Tingkat kematian rata-rata adalah 50 persen, dalam kisaran 24-88 persen berdasarkan wabah di masa lalu.
Asal Mula Nama Virus Marburg
Nama virus ini berasal dari kota Marburg di Jerman, dimana awalnya terdeteksi pada 1967 di sebuah laboratorium yang para pekerjanya telah melakukan kontak dengan monyet hijau yang terinfeksi. Wabah lain dilaporkan terjadi secara bersamaan di Frankfurt dan Beograd. Tujuh orang meninggal karena wabah tersebut.
Inang atau reservoir alami virus Marburg adalah kelelawar buah Afrika. Mamalia yang tinggal di gua ini membawa virus, tetapi tidak jatuh sakit karenanya. Namun, dapat menularkan virus ke primata di sekitarnya, termasuk manusia.
Penularan dari manusia ke manusia bisa terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh seperti darah atau kontak dengan permukaan seperti pakaian atau tempat tidur yang tercemar cairan tersebut. Laporan Medical Xpress ini juga menyebutkan bahwa beberapa infeksi telah terjadi secara tidak sengaja di laboratorium melalui luka jarum.