BEKASI – Untuk memastikan bantuan tepat sasaran dan merata, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam beberapa hari ini melakukan blusukan langsung ke berbagai daerah di Jawa Barat.
Kang Emil-Sapaan akrab-Gubenur menyusuri wilayah kantong-kantong penduduk kurang mampu di wilayah Bekasi dan blusukan ke berbagai desa-desa di daerah Cianjur dan Sukabumi.
Orang nomor satu di Jabar ini meminta kepada seluruh pejabat turun untuk menunjukkan kehadirannya menyemangati masyarakat.
‘’Kita ada 27 daerah, di mana dinas sekarang ditugaskan menjadi penghubung. Istilahnya adalah semua dinas adalah dinas kesehatan, semua PNS hari ini adalah petugas kesehatan,” ucapnya.
Menurutnya, pejabat harus memberikan empatinya secara langsung. Dari mulai level pejabat Eselon I hingga pejabat Eselon III.
“Jadi semua dinas saya perintahkan akhir pekan ini turun. Esselon II, Esselon III melaporkan untuk menyemangati bahwa kita sama-sama prihatin. Berempati kepada masyarakat walaupun kita paham, tidak kelihatan diomongin, kelihatan juga diomongin. Jadi mendingan dikerjakan saja walaupun diomongin,” kata Kang Emil dalam keterangannya (25/7).
Dalam kesempatan itu, Kang Emil juga membagikan bantuan kepada warga kurang mampu yang terkena dampak PPKM darurat.
Bantuan kali ini dibagikan tetapi tidak masuk ke dalam data formal. Untuk itu diperlukan inisiatif di lapangan membantu masyarakat yang tak terdata tersebut.
“Saya kira dan menyisir khusus mereka yang tidak termasuk ke dalam data formal, karena selalu ada dalam situasi seperti ini misalkan pedagang-pedagang yang KTP-nya dari luar tidak masuk ke dalam daftar lokal. Jadi semangat hadir itu ingin ditunjukkan khusus untuk mereka yang tidak terwakili oleh sistem yang formal,” ucapnya.
Bantuan ini mencakup semua profesi yang terdampak pandemi dan tak terdata dalam sistem. Seperti misalnya adalah para pedagang hingga para seniman yang pemasukannya sangat terdampak efek dari pandemi COVID-19 dan kebijakan PPKM Level 4.
“Sesuai arahan Presiden, semua profesi dibantu. Jadi bantuan provinsi itu mayoritasnya akan kepada mereka yang berbasis profesi,” katanya.
“Dari profesi itu karena kegiatan seni budaya sangat-sangat terkendala. Berbeda dengan mereka yang berdagang tiap hari, kalau ini betul-betul demand pasar tidak ada sama sekali. Tekniknya juga sama, ada yang formal dan informal. Jadi, dari pintu mana saja,” imbuhnya.