Pasien Covid-19 Meninggal Saat Isoman, Ini Penyebabnya

JAKARTA – Tingginya kasus Covid-19 di Indonesia membuat tak semua pasien bisa ditampung di rumah sakit. Hanya mereka dengan gejala sedang dan berat saja yang diprioritaskan. Sedangkan pasien Covid-19 bergejala ringan atau tanpa gejala harus kuat-kuat bertahan dengan isolasi mandiri (isoman).

Sayangnya, tak semua pasien di rumah bisa membaik. Justru, bisa saja kondisi mereka memburuk karena tak langsung mendapatkan perawatan kesehatan.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari Fahrial Syam menjelaskan, pasien Covid-19 bisa mengalami perburukan saat minggu kedua isoman. Pertama, pasien bisa mengalami peradangan paru, perburukan fungsi paru, saturasi turun. Lalu perlu suplemen oksigen, lalu ventilator.

Kedua, orang-orang dengan infeksi virus, mempunyai daya tahan tubuh rendah. Mudah sekali terinfeksi oleh infeksi lain. Sehingga jangan sampai terpapar dengan infeksi lain.

Ketiga, pasien Covid-19 perlu mewaspadai komplikasi bisa terjadi pada minggu kedua. Misalnya kondisi pengentalan darah atau hiperkoagulasi dan bisa berujung pafa kematian mendadak, heart-attack, stroke, atau gangguan hiperkoagulasi lainnya. Maka, saat isoman, penting agar pasien selalu dipantau oleh dokter.

Berdasarkan laporan LaporCovid-19, sejumlah pasien Covid-19 justru memburuk bahkan sampai meninggal dunia saat isoman. Berbagai permasalahan kompleks dihadapi pasien.

Co-Inisiator LaporCovid19 Ahmad Arif menjelaskan pasien meninggal saat isoman bisa disebabkan beberapa faktor. Salah satunya, tentu, karena tak mendapatkan kamar rumah sakit.

“Isoman lalu meninggal bisa saja tak dapat rumah sakit. Tapi bisa juga karena pasien terlambat datang, sebab tak mau dibawa karena takut suasana RS dan tak percaya Covid-19,” kata Ahmad Arif secara virtual dalam konferensi pers virtual, Senin (12/7).

Maka dalam situasi begini, kata dia, peran tokoh masyarakat atau kepala desa penting untuk memberikan edukasi. Terutama bagi mereka yang tinggal di kampung-kampung.

“Peran tokoh desa penting. Ustadz kampung penting. Apa yang harus dilakukan secara sosial edukasi melibatkan tokoh-tokoh kunci penting sekali. Semua orang harus dilibatkan situasinya sedang sangat genting,” katanya.

Ia mencontohkan, catatan pasien isoman di Jawa Barat juga terdapat gap kematian yang paling tinggi. Saat pasien isoman, lanjutnya, pasien Covid-19 juga kekurangan logistik.

Tinggalkan Balasan