Kenali Persiapan untuk Keberhasilan Program Bayi Tabung

Syarat lain yang tak kalah penting adalah siap secara mental dan finansial.

Pasangan yang sudah memenuhi syarat bisa melanjutkan dengan serangkaian pemeriksaan, mulai dari pemeriksaan dasar infertilitas berupa analisis semen sperma, histerosalpingografi (HSG) untuk mengevaluasi saluran telur, USG transvaginal, dan konfirmasi ovulasi dengan melihat siklus haid wanita atau dengan pemeriksaan hormon. Kemudian calon ibu akan diberikan suntikan hormon setiap harinya untuk memperbesar ukuran beberapa cangkang telur (folikel), sehingga dapat dilakukan panen telur (ovum pick up). Nantinya, akan dipilih telur yang paling baik untuk digabungkan bersama sperma agar terjadi pembuahan.

“Apabila persiapan dan syarat-syarat sudah terpenuhi, maka dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi akan memulai program bayi tabung,” jelas konsultan fertilitas, endokrinologi & reproduksi yang berpraktik di RS Pondok Indah IVF Centre.

Risiko

Semua tindakan medis punya risiko, termasuk program bayi tabung. Risiko yang mungkin bisa terjadi ketika menjalani program bayi tabung di antaranya adalah Sindroma hiperstimulasi ovarium (ovarian hyperstimulation syndrome/OHSS), sekitar 2 persen. Ada juga risiko kehamilan multipel alias kembar, kehamilan ektopik serta perdarahan atau cedera pembuluh darah dalam rongga perut saat tindakan panen telur, juga risiko infeksi.

Dia menyarankan pasangan untuk memilih klinik bayi tabung (IVF) yang memiliki teknologi medis terdepan yang peluang suksesnya lebih besar.

“Cek juga bagaimana kompetensi tim dokter yang menangani program bayi tabung, tim perawat, embriologis, bahkan andrologisnya. Beberapa klinik bayi tabung bahkan memiliki maternity counsellor yang secara personal mendampingi pasien dan program bayi tabung dibuat sesuai kebutuhan pasien.”

Tingkat keberhasilan

Angka keberhasilan bayi tabung tergantung dari usia calon ibu dan penyebab infertilitas pasangan. Pada umumnya, angka keberhasilan dapat mencapai 40-50 persen pada pasangan dengan usia calon ibu berusia kurang dari 35 tahun. Sementara, pada pasangan dengan usia calon ibu berusia 35-40 tahun, tingkat keberhasilannya sekitar 25-35 persen. Sedangkan keberhasilan program IVF yang diikuti oleh calon ibu berusia di atas 40 tahun, angka keberhasilannya sekitar 10 persen.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan