Diduga Ada Permainan PPDB, Data Siswa SMPN 1 Cicalengka Belum Terverifikai

CICALENGKA – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahap dua untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) jalur zonasi hampir usai.

Diketahui sebelumnya, untuk waktu yang telah ditentukan untuk PPDB di Kabupaten Bandung dimulai pada 28 Juni sampai 3 Juli besok.

Terkait hal itu, beredar opini masyarakat mengenai adanya dugaan permainan dalam PPDB di SMPN 1 Cicalengka.

Melalui informasi yang dihimpun Jabar Ekspres, opini masyarakat mengenai dugaan permainan PPDB didasari adanya beberapa siswa Sekolah Dasar (SD) yang pengiriman datanya belum juga sukses terverifikasi oleh SMPN 1 Cicalengka sejak Senin (28/6) kemarin hingga Jumat (2/7) siang.

Menanggapi hal itu, salah seorang tokoh pemuda di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Ayi Maulana mengatakan, ia mendapat keluhan dari operator SD yang sampai sekarang belum juga dapat respons dari SMPN 1 Cicalengka dalam pengiriman data siswa.

“PPDB SMP itu dari Senin sampai besok Sabtu (3/7) yang (jalur) zonasi. Tapi sampai tadi Jumatan katanya belum dapat respons dari SMP Negeri (1 Cicalengka),” kata Ayi kepada Jabar Ekspres saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (2/7).

Ia mengaku, sebagai warga Kecamatan Cicalengka khususnya di wilayah Alun-alun cukup resah dan khawatir menjadi permasalahan yang besar.

“Khawatir tahun kemarin terulang kembali. Tahun kemarin juga sampai di gerbang SMPN 1 Cicalengka dijaga Tentara dan Polisi. Ada masalah ‘kan,” ujarnya.

Ayi menuturkan, kejadian yang sempat terjadi di SMPN 1 Cicalengka pada PPDB 2020 tersebut membuat ketidaknyamanan di masyarakat.

“Masyarakat tidak nyaman. Masa Lembaga pembentukan karakter dijaga aparat seperti itu,” pungkas Ayi.

Ia menerangkan, apabila sampai hari terakhir penutupan PPDB SMP tahap dua jalur zonasi ada yang tidak terverifikasi, maka akan terdapat kerugian bagi siswa dan orangtua.

“Kalau sampai besok belum terverifikasi, artinya ada orang (siswa) yang gugur hanya karena kelalaian operator,” ucapnya.

Jika hal itu sampai terjadi, maka ujar Ayi, dapat berpotensi menimbulkan polemik dan terjadi keributan di kalangan masyarakat.

“Kalau misalnya kejadian sampai seperti itu, gugur karena operator. Masyarakat bisa berontak, kemudian dijaga lagi Tentara. Apakah lucu?,” imbuh Ayi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan