BANDUNG – Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 10 Bandung dipastikan tidak akan melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sesuai jadwal pada Juli bulan depan.
Pasalnya, sekolah yang berada di lingkungan pasar Cikutra itu dinilai tak laik melaksanakan PTM di masa pandemi Covid-19 saat ini.
Kepala Humas SMAN 10 Bandung Asep Suparman mengatakan, pihaknya sengaja tidak melaksanakan PTM lantaran letak sekolah tersebut berada di area keramaian pasar Cikutra.
“Jadi kami sudah mendapatkan arahan dari puskesmas dan kecamatan bahwa kami dinilai belum layak melaksanakan PTM karena lingkungan sekolah kami berada di sekitar pasar,” ujar Asep, saat ditemui Jabar Ekspres di ruang kerjanya, Kamis (17/6).
Tak hanya itu, Asep menjelasakan, bahwa mekanisme PTM di antaranya harus mendapatkan izin dari orang tua. Sementara orang tua siswa SMAN 10 belum sepenuhnya memberikan izin kepada putra-putrinya untuk datang ke sekolah.
Asep menyebut, ada sekira 30 hingga 40 persen dari 1.500 jumlah siswa SMAN 10 yang orang tuanya belum mengijinkan PTM terbatas.
“Kami juga sebenarnya waswas melakukan PTM di saat pandemi seperti ini karena memang sekolah kami selalu berada di keramaian pasar. Jadi kami putuskan untuk saat ini pending dulu PTM,” terangnya.
Ditegaskan, pihaknya bukan berarti tidak siap melaksanakan PTM. Bahkan kata dia, pihaknya sudah mempersiapkannya dari jauh-jauh hari.
“Dari segi ruang siswa, guru dan lain-lain sudah kami siapkan sesuai protokol kesehatan (prokes). Vaksinasi guru dan seluruh karyawan sudah 99 persen selesai dilaksakan. Jadi, kami bukan enggak siap PTM, tapi lingkungan yang tidak memungkinkan,” papar Asep, yang juga sebagai tenaga pengajar (guru) di sekolah tersebut.
Untuk itu, pihaknya kata Asep, selama ini hanya bisa menerapkan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi siswa yang sudah berlangsung sekira satu setengah tahun lamanya. Asep pun harus mengakui, bahwa PJJ tersebut tidak bisa berjalan efektif sebagaimana mestinya.
“Memang PJJ kurang efektif terutaman untuk mata pelajaran sains yang membutuhkan praktikum di laboratorium sekolah. Praktikum kami mencapai hingga 40 persen. Sementara saat ini yang bisa kami lakukan hanya memberikan teori-teori dan tugas-tugas saja untuk para siswa,” ungkapnya.