Saat ini, bukti yang tersedia menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat keparahan infeksi COVID-19 dan jenis atau tingkat perubahan kuku.
Para peneliti juga mencatat bebrapa kasus kuku seorang pasien wanita terlepas dari pangkal kuku dan akhirnya rontok, tiga bulan setelah infeksinya.
Fenomena ini dikenal sebagai onikomadesis dan diperkirakan terjadi karena alasan yang mirip dengan munculnya garis Beau.
Pasien lain, 112 hari setelah dites positif, menyaksikan perubahan warna oranye pada ujung kuku mereka.
Seorang pasien memiliki garis putih horizontal muncul di kuku mereka yang tidak hilang dengan tekanan.
Ini dikenal sebagai garis Mees atau leukonychia melintang. Mereka muncul 45 hari setelah dites positif COVID-19.
Ini cenderung sembuh dengan pertumbuhan kuku dan tidak memerlukan perawatan. Garis Mees diperkirakan disebabkan oleh produksi protein abnormal di dasar kuku karena gangguan sistemik.
Meskipun, ketiga kondisi kuku ini memiliki kecenderungan terjadinya infeksi COVID-19, Namun, tidak dapat dijadikan patokan bahwa orang yang mengalami perubahan kuku itu terinfeksi Covid-19.
Garis Beau dan pola setengah bulan merah, masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi hubungan pasti antara perubahan ini dengan terjadinya COVID-19.
Meskipun ada hubungan dengan infeksi Covid-19, tidak semua pasien COVID-19 akan memiliki kondisi kuku seperti itu. Hanya saja ini bisa dianganggap sebagai indikator potensial dari infeksi masa lalu dan bukan bukti secara definitif.
Tulisan ini diambil dari penelitian berjudul: COVID Nails: These Changes to Your Fingernails May Show You’ve Had Coronavirus yang ditulis oleh:
Dipulikasikan oleh The Conservation