DEPOK – Opini berkembang di masyarakat Kota Depok baru-baru ini menyebutkan pembangunan Kota Depok cenderung Margondasentris (bertumpu pada kawasan Margonda Raya).
Menanggapi opini tersebut, Anggota DPRD Kota Depok, Babai Suhaimi pun turut membenarkan.
“Iya, memang kenyataanya seperti itu. Jadi opini yang berkembang hari ini tentang pembangunan Kota Depok yang terlalu berfokus pada kawasan Margonda memang tidak sepenuhnya keliru,” kata Babai saat diwawancara Jabar Ekspres, Selasa (15/6).
Anggota Dewan dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu bahkan menilai Kota Depok selama 15 tahun terakhir nyaris tidak mampu mengembangkan pertumbuhan kota yang mengakibatkan perputaran ekonomi akhirnya hanya tersentral di kawasan Margonda.
Ia lebih lanjut mengatakan, penyebab utama ketimpangan pembangunan dikarenakan desain perencanaan kota yang tidak utuh dan menyeluruh.
“Itu bisa diamati dari sisi kebijakan pembangunan infrastruktur dan ekonomi yang kurang merata di 11 kecamatan yang ada di Depok. Implikasinya (imbasnya), hanya beberapa wilayah yang pembangunannya cukup bergeliat pesat, salah satunya wilayah Margonda (Kec. Beji), sedangkan yang lainnya masih jauh tertinggal, seperti Kecamatan Limo dan yang lainnya,” terangnya.
Karena tidak adanya format pembangunan yang terukur dan merata di setiap wilayah, ujar Babai, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok akhirnya dari tahun ke tahun hanya terpaku memoles Margonda yang selama ini jadi ikon dan wajah Kota Belimbing itu.
“Akibatnya pembagunan di Margonda tiap tahun berulang kali ditata yang seakan tidak ada ujung penyelesaiannya,” cetus Anggota Komisi C itu.
Meski demikian, Babai tetap berusaha untuk menghindari istilah amburadul untuk menyebut kurangnya penataan pembangunan baik infrastruktur maupun ekonomi di Kota Depok.
“Kalau dibilang amburadul mungkin kurant tepar ya. Barangkali istilah yang pas adalah sporadis dan tidak terarah,” ungkapnya. (hrs)