BANDUNG – Menyandang status sebagai produsen unggas terbesar di Indonesia tidak serta merta membuat tingkat konsumsi pangan masyarakat Jawa Barat terhadap hewani khususnya ayam menjadi tinggi.
Meski tingkat konsumsi ayam masyarakat Jawa Barat berada di angka 8,14 kg per kapita/ tahun dimana sudah diatas 7,9 yang merupakan angka rata-rata nasional namun ditingkat ASEAN angka tersebut masih kalah jauh dibandingkan wilayah negara tetangga.
Hal tersebut diungkapkan Kadis DKPP Jawa Barat Jafar Ismail dalam acara Jabar Punya Informasi (Japri) dengan tema “Edukasi Protein Ayam dan Telur 2021” yang dilaksanakan di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Sabtu (29/5).
“Konsumsi rata-rata ayam itu 7,9 sedangkan Provinsi Jawa Barat sudah diatas rata-rata nasional, tetapi kalau dibandingkan dengan negara ASEAN yang lain kita masih tertinggal jauh, Malaysia sudah kurang lebih 34,” ujarnya.
Kasus stunting protein sendiri masih banyak ditemui di Jawa Barat yang diakibatkan masih kurangnya edukasi kepada masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein hewani khususnya telur dan daging ayam.
Jafar berharap, “Edukasi Protein Ayam dan Telur 2021” ini bisa memberikan manfaat positif serta memberikan wawasan yang baru terhadap masyarakat mengenai pentingnya konsumsi telur dan daging ayam.
“Menjadikan daging ayam dan telur sebagai menu harian masyarakat Indonesia, mengedukasi tetang manfaat ayam dan telur sebagai sumber gizi, menciptakan citra positif mengenai daging ayam dan telur,” tutupnya.
Jawa Barat sendiri berkonstribusi hampir 23 persen sebagai pemasok produksi unggas di Indonesia khususnya daging dan telur ayam. (MG7/son)